15 December 2024 15:27
Opini dan Kolom Menulis

Sebuah Persoalan Literasi: Merangsang Minat Baca di Kelas Rendah SD

Sebuah Persoalan Literasi: Merangsang Minat Baca di Kelas Rendah SD


Sebuah Persoalan Literasi:
Merangsang Minat Baca di Kelas Rendah SD
Oleh Asep Suhendar

Kemampuan literasi di dunia pendidikan Indonesia kini sedang diakselerasi. Terutama pada tataran dunia pendidikan dasar dan menengah. Hal ini sangat logis mengingat pemerintah yang sedang melakukan proses peningkatan mutu pendidikan melalui pintu pendidikan formal di sekolah-sekolah.
Penggantian Ujian nasional menjadi Assesmen Nasional merupakan salah satu indikasi yang sangat jelas tentang upaya peningkatan mutu pendidikan nasional kita. Asesmen nasional merupakan sebuah alat untuk mengukur sejauh mana tingkat kesiapan, kelayakan, dan kekuatan sebuah satuan pendidikan beserta stakeholder di dalamnya dalam mengimbangi cita-cita akselerasi penigkatan mutu pendidikan nasional kita. Sehingga assesmen nasional tidak dijadikan ukuran kelulusan seorang siswa pada statu level tertentu melainkan dijadikan patokan gambaran keberhasilan pembelajaran.
Secara formal, Kemendikbud ristek menyatakan bahwa Asesmen Nasional merupakan pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah, madrasah, dan program keseteraan jenjang sekolah dasar dan menengah. Perubahan mendasar pada Asesmen Nasional adalah tidak lagi mengevaluasi capaian murid secara individu, tetapi mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil.
Literasi sekolah
Dalam tataran yang lebih nyata, bentuk upaya peningkatan kemampuan literasi menjadi salah satu hal yang ditekankan. Karena itu sekolah-sekolah sudah berlomba-lomba bahkan jauh sebelum konsep AKM yang merupakan bagian dari proyek AN digalakkan. Bahkan dinas pendidikan propinsi Jawa Barat jauh hari sejak tahun 2016 mencanangkan Gerakan Literasi Sekolah yang lebih populer dengan nama WJLRC (West Java Leader Reading Challenge) dan tak kalah dinas pendidikan dasar dan menengah Kabupaten bandung dengan memunculkan program LRCKB (Leader Reading Challenge Kabupaten Bandung).
Program ini merupakan aplikasi nyata cita-cita pemerintah terkait untuk meningkatkan kualitas diri per individu yang secara otomatis akan menjadi kekuatan kolektif intelektual masyarakat pendidikan formal di sekolah-sekolah. Sehingga hasil akhirnya akan menjadikan Kab. Bandung dan Jawa barat menjadi pelopor gerakan literasi nasional sekaligus menjadi pionir masyarakat Indonesia yang literat.

Sebagai seorang guru, penulis memiliki kewajiban dalam turut serta membangun budaya literasi di sekolah, tidak hanya sebagai pembaca individual melainkan menjadi teladan bagi siswa-siswi di mana penulis mengajar.
Dalam tulisan ini, penulis akan membagikan pengalaman dalam upaya peningkatan tingkat literasi siswa-siswi yang dididik di sekolah tempat penulis mengajar. Dalam hal ini adalah siswa kelas rendah yang diampu pada rentang waktu tahun 2018 sampai dengan 2019.
Setelah mengikuti kegiatan WJLRC pada tahun 2016 lalu penulis merasa tertantang untuk meningkatkan kemampuan litersi membaca siswa. Membaca dalam konteks minat baca. Dan dari pengalaman mengajar di kelas rendah tersebut penulis menemukan beberapa hal penting seputar cara peningkatan minat baca para siswa di kelas rendah tersebut, yaitu di antaranya:
1. Berikan stimulus awal pada siswa
Stimulus awal ini bisa berupa cerita-cerita yang menarik untuk disimak siswa. Cerita yang disajikan bisa berupa dogeng fantasi, baik dongeng-dongeng dengan dasar kearifan lokal dengan tema etnis seperti legenda: Situ bagendit, Sangkuriang, atau dongeng nusantara yang lebih luas cakupannya termasuk dongeng-dongeng anak populer dunia seperti Hansel and Gretel, Ciderella, dll.
Stimulus awal sangat diperlukan jika kelas tampak relatif homogen dengan kadar minat baca rendah atau sangat rendah. Mengapa stimulus menjadi sanat penting? Ibarat sebuah pintu yang terkunci, pikiran seorang anak harus dijadikan entry point bagaimana kelak anak akan memasuki dunia yang lebih luas dan penuh warna.
2. Pancing kepenasaranan (couriousity)
Langkah selanjutnya adalah dengan memancing kepenasaranan siswa dalam hal materi/objek cerita yang diberikan. Setelah siswa diberi stimulus awa berupa cerita yang menarik perhatiannya, selanjutnya dalah pancing kepenasaranannya. Hal ini akan bermanfaat dalam menguatkan rangsangan awal siswa dengan membuka kaitan-kaitan skemata yang mungkin sebelumnya telah mereka miliki. Hal ini relevan dengan aspek kognitif yang sebelumnya telah mereka miliki.
Bentuk memancing kepenasaranannya adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, membuat penryataan yang memancing kemampuan berpikir, termasuk menyampaikan bagian cerita tertentu dengan cara membuat cerita seolah menggantung atau tidak tuntas.

3. Bantu dengan stimulus audio visual
Selanjutnya sebagai penguat stimulus awal, bantulah dengan stimulus tambahan berupa rangasangan ide secara audio visual. Sebagai contoh, jika kita akan melatih minat baca dengan sumber dongeng bertema etnissitas atau dongeng anak populer dunia, sajikan pula potongan cerita video anak dengan tema yang sama yang bisa kita dapatkan di platform media sosial berbagi video seperti youtube.
Hal ini diperlukan sebagai sarana penguat skemata sekaligus memperkuat aspek konitif yang telah dimiliki sebelumnya. Bagi siswa yang masih minim pengalaman atau minim referensi skematanya, akan menjadi pengalaman baru sekaligus menjadi referensi pengaya pada aspek kognitinya.
Selain itu, stimulus audio visual akan lebih mudah diingat dan dapat bertahan lebih lama dalam memori otak mereka ketimbang stimulus pembantunya hanya berupa teks atau yang bersifat audio saja.
4. Tampilkan contoh buku sebagai referensi
Hal penting selanjutnya adalah bawalah contoh buku yang dibaca. Hal ini akan menghasilkan penguatan yang lebih sahih bagi siswa bahwa apa yang dikisahkan oleh ibu bapak gurunya benar-benar nyata. SeCara tidak langsung, kita sebagai guru telah menjadi role model yang betul-betul bisa dijadikan contoh oleh siswa.
Tampilkan atau tunjukkan buku secara utuh bentuk fisiknya, buka halaman-halamannya dan ijinkan siswa untuk menyentuhnya atau melihatnya dari dekat.
5. Pilih buku dengan tampilan yang menarik untuk siswa (full color)
Selanjutnya pilihlah buku-buku yang menarik untuk dilihat. Buku-buku dengan tampilan menarik mulai dari cover serta gambar-gambar ilustrasinya akan menjadi nilai tambah bagi stimulus minat siswa dalam langkah awal menumbuhkan minat bacanya.
6. Pilihlah buku-buku dengan konsep Visual-tekstual yang deskriptif dan relevan
Selanjutnya pilih buku-buku yang menyajikan gambar yang juga memuat deskripsi gambar yang relevan (seperti ensiklopedia bergambar) agar materi dalam buku dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
7. Pilihlah buku dengan gaya bahasa yang relatif mudah dipahami
Pilihlah buku-buku yang menggunakan bahasa sederhana dan readeable sesuai kelas rendah. Bahasa yang mudah dipahami. Buku cerita fabel dengan ketebalan 15-20 halaman cukup dijadikan referensi atau pilihan awal.
8. Lakukan hal ini secara kontinyu dan konsisten
Yang terpenting dari kesemuanya dalah meakukan proses ini secara berkelanjutan dan konsisten. Hal ini akan menjadikan siswa terbiasa sehingga membentuk aspek pembiasaan yang akan menghasilkan dampak lanjut yang baik. Siswa akan merasa terbiasa untuk membaca buku serta akan terbiasa meluangkan waktu untuk membaca. Yang pada akhirnya siswa akan β€˜merambah’ minat bakatnya secara otomatis dan tidak hanya akan terpaku pada satu tema atau satu subjek yang berdsarkan minatnya saja.
Poin-poin di atas adalah beberapa hal yang dilakukan penulis dalam upaya meningkatkan minat baca para siswa di kelas rendah. Hal terpenting dari setiap langkah di atas adalah poin terakhir yaitu tentang kontinuitas serta konsistensi dalam pelaksanaanya.

Tahukah Anda?

RENUNGAN AKHIR PEKAN Sabtu, 14 Desember 2024 πŸ‡Ήβ€ŒπŸ‡¦β€ŒπŸ‡­β€ŒπŸ‡Ίβ€ŒπŸ‡°β€ŒπŸ‡¦β€ŒπŸ‡­β€Œ πŸ‡¦β€ŒπŸ‡³β€ŒπŸ‡©β€ŒπŸ‡¦β€Œ bismillahirahmanirahim Asalamu’slaikum wrm wbrkt Saudara2ku, TAHUKAH ANDA – Bahwa janin semasa

Read More Β»

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *