17 March 2025 03:09
Opini dan Kolom Menulis

“SAWALA”

“SAWALA”

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Dari banyak literatur, diperoleh info, sawala dapat merujuk pada dua hal, yaitu kegiatan argumentasi dan warna kulit. Sawala atau debat adalah kegiatan argumentasi yang bertujuan untuk menyampaikan pendapat yang bertentangan dengan pendapat orang lain. Sawala juga merupakan istilah untuk warna kulit yang cokelat muda atau warna gandum. Dalam bahasa Inggris, warna kulit sawala disebut “wheatish complex”.

Dalam kaitannya dengan pengertian debat, sawala menjadi sangat penting, utamanya untuk mengukur pemahaman seseorang atas masalah yang digelutinya. Sebut saja dalam Debat Calon Gubernur atau Bapati/Walikota. Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) misalnya, kita saksikan adanya debat publik ysng menghangatkan.

Debat adalah proses pertukaran pendapat dan argumentasi antara dua atau lebih pihak yang memiliki pandangan berbeda. Tujuannya adalah untuk mempertahankan atau memenangkan pendapat masing-masing. Debat merupakan ajang untuk menguji keterampilan berpikir kritis dan berkomunikasi. Dalam konteks pendidikan, debat dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan yang bermanfaat untuk perkembangan
pribadi dan profesional.

Berikut beberapa ciri-ciri debat, terdapat dua tim yang akan beradu argumentasi, yaitu tim afirmasi dan tim oposisi, terdapat dua sudut pandang yang berbeda yaitu pro dan kontra, terdapat topik atau isu yang sabgat nenarik diperdebatkan, terdapat argumentasi yang inovatif dan dapat dipertanggungjawabkan dan adanya pihak penengah (opsional).

Debat memiliki banyak manfaat, di antaranya, memberikan kesempatan untuk mengemukakan argumen yang mendukung atau membantah suatu usul, memberikan banyak pandangan atau sudut pandang baru, membantu mengembangkan kemampuan berpikir, mengasah keterampilan berbicara, berusaha mengendalikan emosi jiwa sekiranya ada yang menyangkal pandangannya dan lain-lain lagi.

Selain itu debat pun memiiiki etika.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam debat diantaranya, menghormati lawan debat, menggunakan bahasa yang sopan, tidak melakukan serangan pribadi, fokus pada topik debat, mengakui kesalahan jika terjadi dan lain sebagainya.

Akan tetapi, debat juga bisa menjadi tidak produktif, ketika para pelakunya melakuksn “debat kusir”. Beberapa pihak memaknai debat kusir adalah istilah yang menggambarkan sebuah perdebatan yang tidak ada habisnya, tidak ada yang mengsku salah, masing-masing merasa yang paling benar, menunjukan kesia-siaan, dan tidak memiliki keputusan.

Debat kusir adalah perdebatan yang tidak produktif, tidak ada ujungnya, dan tidak menghasilkan kesimpulan. Debat kusir biasanya terjadi karena kedua pihak yang berdebat tidak memiliki alasan yang jelas dan hanya berusaha mempertahankan pendapatnya masing-masing. Padahal, apa yang dijadikan argumennya itu, belum tentu senafas dengan pemikiran publik.

Debat kusir bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ketika berdebat dengan teman, rekan kerja, atau orang asing. Debat kusir biasanya berakhir dengan situasi yang tidak menguntungkan bagi kedua belah pihak. Bahkan suasana kebatinan yang tidsk nyaman diantara pelaku debat pun masih berlangsung, setelah berhari-hari debat dilaksanakan.

Untuk menghindari debat kusir, setiap pelaku debat, harus mampu mengendalikan emosi, menggunakan data atau fakta yang mendukung argumen, nenghargai pendapat orang lain, tidak merespons opini yang tidak jelas dan lain sebagainya. Debat yang baik dan berkualitas, akan sangat ditentukan oleh kesiapan para pelaku debatnya sendiri.

Sedangkan cara menghindari debat kusir adalah dengan mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan lawan bicara, berbicara dengan sopan dan menghormati pendapat orang lain, menghindari merasa benar sendiri dan mengakui jika terjadi kesalahan, fokus pada masalah yang dibicarakan dan bukan pada pribadi lawan bicara dan lain sebagainya.

Dalam konteks pembangunan politik masyarakat, debat merupakan wahana yang sangat efektip untuk melaksanaksn pendidikan politik rakyat. Lewat Tata Kelola Debat Berkualitas, bisa dirancang dan dirumuskan pelskdanaan debat yang bernusnsa pendidikan politik. Kita tampilkan proses debat yang menjaga kehormatan dan tanggungjawab selaku bamgsa yang berbudi dan berkarakter.
Dalam debat calon Kepala Daerah Serentak kemarin, kita saksikan masih tampak pasangan calon Gubernur atau Bupati/Walikota yang belum msmpu mengendalikan emosi, tatkala dirinya diserang pasangan calon lain. Padahal, kalau dirinya mampu mengatur emosi dengan baik, mestinya dengan mudah dirinya mematahkan pola pikir yang disampaikan pesaing politiknya itu.

Sawala atau debat, apa pun isu yang diangkatnya, akan sangat menarik jika penyajiannya dapat diterima oleh yang mendengar atau menontonnya. Pelaku debat penting memahami dengan baik, bagaimana sesungguhnya suasana kebatinan para penontonnya, sehingga dirinya akan memilih kata atau kalimat ysng memang sudah sangat akrab dalam kehidupan kesehariannya.

Contohnya, menjadi sangat keliru, bila kita membahas soal strategi pembangunan pertanian ditengah masyarakat pesisir psntai, yang sebagian besar bermata-pencaharian selaku nelayan. Mestinya yang diangkat adalah langkah-langkah seperti apa untuk percepatan peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat yang bermukim di pesisir pantai dan kaum nelayan.

(PENULIS, KETUA DEWAN PAKAR DPD HKTI JAWA BARAT).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *