27 November 2024 13:29
Opini dan Kolom Menulis

27 Nopember 2024

27 NOPEMBER 2024

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menjadwalkan tanggal 27 Nopember 2024 adalah hari pencoblosan Pemilihan Umum Kepala Daerah Serentak di seluruh Tanah Air. Pada hari itulah segenap anak bangsa akan memilih putra putri terbaik bangsa untuk menjadi Bupati/Walikota dan Gubernur sebagai Kepala Daerah untuk 5 tahun ke depan.

Pemilihan Umum Kepala Daerah Serentak 2024 (PILKADA SERENTAK) adalah Pemilihan Bupati/Walikota dan Gubernur yang pertama kali dilakukan secara bersamaan di seluruh Nusantara. Pemilihan Bupati Aceh Barat sama waktunya dengan Pemilihan Walikota Bandung. Sama juga harinya dengan Pemilihan Gubernur Nusa Tenggara Timur.

Bagi bangsa kita, Pemilihan Umum Kepala Daerah (Bupati, Walikota dan Gubernur) yang dipilih langsung oleh rakyat dan dilakukan secara bersamaan waktunya, memang baru pertama kali dilakukan di Tanah Merdeka. Keinginan melaksanakan Pilkada Serentak, bukanlah hal mudah untuk ditempuh. Dalam perjalanannya, banyak rintangan dan hambatan yang mesti dilalui.

Pemilihan Umum Kepala Daerah yang dilakukan secara Serentak, diharapkan mampu memberi aura baru dalam perkembangan kepolitikan di negeri ini. Langkah menyeragamkan pemilihan Bupati, Walikota dan Gubernur secara berbarengan, tentu akan lebih memudahkan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk membangun koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang lebih baik dan berkualitas.

Pilkada Serentak merupakan ajang dan proses demokrasi, dalam upaya meningkatkan kecerdasan politik rakyat. Walau kenyataannya Pemilihan Umum yang dipilih langsung oleh rakyat belum mampu melepaskan diri dari fenomena “beli kucing dalam karung”, namun demi terciptanya peningkatan kecerdasan politik masyarakat, maka proses ini tetap harus ditempuh.
Pilkada sendiri, tentu bukan hanya sekedar memilih pasangan Kepala Daerah semata. Justru yang lebih utama lagi adalah sampai sejauh mana pasangan terpilih itu mampu membuktikan janji-janji yang disampaikan saat kampanye dilakukan. Ini penting, karena rakyat telah berpengalaman merasakan janji-janji gombal para politisi itu sendiri.

Catatan kritisnya adalah pasangan calon seperti apa yang paling disukai dan nanti bakal dipilih masyarakat ? Apakah figur publik yang selama ini tampang kerennya sering muncul di televisi atau gambar iklan ? Apakah para politisi yang selama ini cukup getol membela kepentingan dan aspirasi rakyat ? Atau ada sosok lain.yang sangat royal melakukan saweran kepada rakyat ?

Sebetulnya, tidak ada figur khusus yang mampu merebut simpati rakyat dalam proses Pemilihan Umum secara langsung. Di sebuah Daerah Pemilihan, bisa saja yang terpilih adalah sosok ulama, mengingat di daerah tersebut banyak madrasah. Atau di daerah perumahan elit, dimana penghuninya banyak kaum milenial, bisa juga yang terpilih adalah pasangan selebritis beken. Begitu dan begitu seterusnya.

Seiring dengan perkembangan jaman menjadi Kepala Daerah masa kini, pasti tidak bakal ada yang gratis. Menjadi Gubernur, Bupati dan Walikota, baik melalui jalur independen atau Partai Politik, tentu akan memerlukan modal yang tidak sedikit. Dimulai dengan persiapan administrasi, kebutuhan alat peraga sosialisasi dan kampanye, menyiapkan kendaraan politik dan juga saweran.

Semua dukungan dana, umumnya harus disiapkan oleh pasangan calon Kepala Daerah. Omong kosong seseorang yang rumahnya masih ngontrak dan kemana-mana memakai kendaraan umum, akan terpilih jadi Gubernur. Seorang sahabat sempat berbisik, jangankan terpilih untuk menjadi Calon saja dibutuhkan keajaiban.

Gambaran ini menunjukkan, untuk menjadi Kepala Daerah di negeri ini sangat jelas tidak mungkin akan diraih oleh seseorang yang kondisi kehidupannya masih memprihatinkan. Sebut saja, seoang petani gurem yang hanya punya sawah seluas 0,25 hektar, sampai belut berbulu pun tak mungkin bakal jadi Gubernur. Janganksn untuk biaya nyalon Gubernur, untuk makan sehari-hari saja, butuh perjuangan cukup keras.

Hal ini jelas bukan sekedar omon-omon. Ambil contoh Pasangan Calon Gubernur Jawa Barat tahun 2024 ini. Ada 4 pasang calon yang ikut berlaga. Ada Dedi Mulyadi yang jabatan terakhirnya anggota DPR. Ada Achmad Syaikhu yang dikenal sebagai Presiden PKS. Ada Acep Adang Ruhiat yang juga tercatat sebagai anggota DPR dan ada juga Jeje yang sebelumnya menjabat Bupati Pangandaran.

Mengamati ke 4 calon Gubernur Jawa Barat diatas, jelas mereka bukan orang sembarangan. Mereka adalah para pejabat negara dan pejabat publik yang telah malang melintang dalam percaturan politik. Tidak ada satu orang pun calon Gubernur Jawa Barat yang statusnya sebagai biruh tani, buruh kebun, nelayan tradisional dan mereka yang sejenis dengan itu.

27 Nopember 2024, segenap warga bangsa yang telah memiliki hak pilih, kembali akan berduyun-duyun ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk menentukan siapa diantara calon-calon yang ada, pantas untuk menjadi Kepala Daerah. Warga bangsa, tentu sudah memiliki calon siapa yang paling pantas untuk dicoblos. Namun begitu, bisa jadi ada yang belum tahu siapa saja calon-calon Kepala Daerahnya.

Ya, begitulah suasana Pemilihan Umum Kepala Daerah ysng digelar secara langsung dipilih rakyat. Tidak semua warga bangsa mengerti dan memahami politis. Banyak juga rakyat yang datang ke TPS hanya sekedar menunaikan hak piliihnya sebagai warga negara yang baik. Sebuah negeri yang masih butuh pencerahan politik bagi anak bangsanya sendiri.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

27 Nopember 2024

27 NOPEMBER 2024 OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menjadwalkan tanggal 27 Nopember 2024 adalah hari pencoblosan

Read More »

Memilih Pemimpin

MUHASABAH SHUBUHRabu, 27 November 2022 BismillahirahmanirahimAsalamu’alaikum wrm wbrkt MEMILIH PEMIMPIN Saudaraku,Hakikat kepemimpinan bila di dalami menurutAl-Quran dan Hadits sebagai pedoman

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *