4 July 2024 10:25
Sentuhan Qalbu

Mana Emas, Mana Loyang

MUTIARA SUBUH
Senin, 24 Juni 2024

Bismillahirahmanirahim
Assalamu’alaikum erm wbrkt

Mana Emas, Mana Loyang

Saudaraku, kita sering mendengar pribahasa Ibarat emas dan loyang artinya memiliki perbedaan yang sangat besar.

Di sini, emas dianggap sebagai sesuatu yang berharga dan bernilai sangat tinggi. Loyang dianggap sebagai sesuatu yang buruk, tidak berharga, dan tidak bernilai.
Jadi, emas dibandingkan dengan loyang.
intinya sangat jauh perbedannya

Orang yang baik hatinya disangka orang yang jahat, orang pandai yang disangka bodoh karena jarang berbicara

Orang jahat disangka orang baik/orang pintar disangka orang bodoh.

Rasulullah s.a.w. mengingatkan kita;  “Ketahuilah kamu di dalam badan manusia terdapat segumpal darah. Apabila baik maka baiklah keseluruhan segala perbuatannya dan apabila buruk maka buruklah keseluruhan tingkah lakunya. Ketahuilah kamu bahawa ia adalah hati”.

Ungkapan Rasulullah di atas menunjukkan bahwa *hati* merupakan asas yang sangat penting dan tersembunyi dalam diri setiap manusia.

la memiliki peran yang vital dalam keseharian manusia. Kebaikan atau pun keburukan manusia bersumber dari hati.
Hati merupakan pengarah bagi semua komponen indrawi yang ada pada diri manusia.  

Andai hatinya buruk dan busuk, maka segala perbuatannya akan jahat dan keji, senantiasa cenderung ke arah maksiat mengikut kehendak hati dan hawa nafsu, dan mengabaikan akal sehatnya.
Hati ibarat seorang raja bagi seluruh rakyatnya.
Tidak ada yang bisa menolak perintah raja, Jika hatinya baik maka akan memerintahkan kebaikan, begitu pula sebaliknya.

Alqur’an memberikan pelajaran sekaligus peringatan kepada manusia tentang kebaikan dan keburukan hati. Kebaikan dan keburukan hati selalu ditunjukkan dalam perilaku, baik sadar maupun tidak sadar.
Bahkan kebaikan dan keburukan yang bersumber dari hati ini menjadi ‘pemisah’ antara manusia beriman dan tidak beriman, serta dalam prosesnya menunjukkan perilaku taqwa dan tidak taqwa.

Pernahkah (atau : sedangkah) di antara kita berperilaku hasud, dengki, iri, sombong, zalim, dan lain sejenisnya kepada orang lain…?
Sebaliknya, pernahkah (sedangkah) diantara kita berperilaku santun, ramah, ahli sodaqoh, berbaik sangka, saling menghormati dan menghargai, tidak mengambil dan memanfaatkan yang menjadi hak orang lain, dan lain-lainnya….?

Dua jawaban ini hanya ada dan bisa dijawab oleh hati kita masing-masing. Hati tidak bisa berbohong, sekalipun pada saat bersamaan ucapan atau perilaku sedang melakukan *kebohongan…..!*

Itulah salah satu alasan rasionalnya, bahwa hati dapat menjadi salah satu ukuran kualitas seseorang.

Kita sering mendengar ungkapan ;
berhati emas, berhati baja, berhati iblis, berhati mulia.
Bahkan, Sifat-sifat manusia yang baik maupun yang buruk, juga sering dilukiskan dengan menggunakan idiom hati, seperti: iri hati, panas hati, gelap hati, besar hati, kelembutan hati, jatuh hati, kecil hati, dan sebagainya. 

Oleh karena itulah, melatih diri untuk berperilaku “ikhlas”, adalah salah satu cara  untuk memelihara dan mensucikan hati dari virus-virus perusak hati.
Keikhlasan adalah obat yang paling mujarab sekaligus pencegah “kerusakan” hati.
Menghitung dan  menimbang dampak positif dan negatif sebelum bertindak, penuh “kehati-hatian merupakan tindakan terpuji. 

Saudaraku,
Semoga kita bisa sama-sama mensucikan hati kita dengan selalu mengingat Allah. Allah sangat mengetahui segala apa yang ada dalam hati kita (Al-Ahzab 51), dan Allah akan menerima segala amal perbuatan kita jika dilakukan dengan hati yang bersih penuh keikhlasan (Q.S.26 : 88-89).

Aamiin ya robbal ‘alamin

wassalamu’alaikum

 

Jangan Sembunyikan Ilmumu

WASILLAH SHUBUHKamis, 4 Juli 2024. BismillahirahmanirahimAssallamu’alsikum wr wbrkt JANGAN SEMBUNYIKAN ILMUMU. Saudaraku…Ketika saya menyampaikan postingan tentang agama, itu tidak berarti

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *