5 October 2024 20:21
Opini dan Kolom Menulis

Capres dan Pembangunan Petani

CAPRES & PEMBANGUNAN PETANI

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Tidak akan ada yang menentang pendapat dari ke tiga Calon Presiden yang ikur “bertarung” dalam Pemilihan Umum Presiden/Wakil Presiden 14 Pebruari 2024, salah satunya pasti akan ada yang terpilih menjadi Presiden NKRI 2024-2029. Mau satu putaran atau dua putaran, salah satu diantara Anis Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo itulah yang akan diberi kehormatan dan tanggungjawab untuk menakhkodai bangsa dan negara selama 5 tahun mendatang.

Sekalipun di masa kampanye Pemilihan Presiden/Wakil Presiden sejak 28 Nopember 2023 lalu, suhu politik makin menghangat, namun banyak hal yang dapat diambil dari proses Pemilihan Presiden/Wakil Presiden ini. Kita jadi tahu bagaimana karakter Anis Baswedan dalam menyampaikan cara pandang atas sebuah masalah. Kita tahu bagaimana kadar emosi Prabowo Subianto bahkan kita jadi paham bagaimana pemahaman Ganjar Pranowo terhadap soal-soal krusial pembangunan yang tengah dilakoni.

Setiap Calon Presiden, tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tergantung dari sudut mana kita memandang. Tulisan kali ini, tidak akan membahas yang semacam itu. Yang ingin didalaminya adalah bagaimana pemikiran ke tiga Calon Presiden ini terhadap nasib dan kehidupan petani di negeri ini, khususnya terkait dengan semakin menurunnya minat kaum muda perdesaan untuk menggeluti profesi petani padi.

Setiap Caĺon Presiden, pasti memiliki persepsi masing-masing terhadap potret petani di Tanah Merdeka ini. Anis Baswedan berpandangan dan menggagas langkah nyata untuk mensejahterakan. Diawali dengan kekurang-sepakatannya dengan pengembangan Food Estate, Anis lebih memilih untuk mengembanfkan “contract farming” dalam menata pembangunan petani ke depan. Pola “contract farming” lebih memungkinkan meraih kebefhasilan ketimbang kegagalannya.

Berbeda dengan Anis, Prabowo malah akan terus mengembangkan Food Estate secara lebih berkualitas lagi. Prabowo optimis. Food Estate bakal mampu memakmurkan petani. Dalam depat Capres yang digelar oleh KADIN, Prabowo malah berobsesi agar petani Indobesia mampu berkiprah seperti petani di Jerman. Pagi bekerja jadi petani, malamnya langsung jaget-joget atau santai di cafe-cafe kawula muda. Kondisi ini jelas sangat berbeda dengan yang terjadi di negara kita. Profesi petani identik dengan suasana hidup miskin dan sengsara.

Ganjar Pranowo sendiri, lebih memilih melakukan perbaikan dalam penyiapan berbagai faktor produksi seperti ketersediaan benih, pupuk, irigasi dan kehadiran Penyuluh Pertanian dalam proses percepatan kesejahteraan petani. Bagi Ganjar Pranowo, kemudahan petani mendapatkan pupuk bersubsidi menjadi hal yang sangar super prioritas untuk ditempuh. Selain itu, penguatan kelembagaan petani penting dioptimalkan, sehingga kehadiran dan keberadaannya mampu mempercepat terwujudnya kesejahteraan petani dan keluarganya.

Jujur harus kita akui, ke tiga Capres ini memiliki sikap dan semangat yang sama dalam menerawang nasib petani di negeri ini. Tidak ada satu pun Capres yang merasa senang menyaksikan petani hidup menderita dan terjebak dalam situasi hidup miskin. Ke tiganya sepakat petani harus hidup makmur, sejahtera dan bahagia. Justru yang penting kita dalami lebih lanjut adalah langkah nyata seperti apa yang sebaiknya digarap agar kesejahteraan, kemakmuran dan kebahagiaan petani ini dapat dirasakan petani dalam tempo yang sesegera mungkin ?

Pengalaman selama ini membuktikan, harapan untuk membuat petani makmur dan petani sejahtera, sepertinya lebih mengedepan sebagai cita-cita ketimbang realita. Istilah petani makmur lebih enak dijadikan bahan pidato para pejabat daripada harus dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Kita berharap para Capres ini tidak tertular oleh penyakit semacam ini. Namun sesuai dengan komitmen yang dimilikinya, mereka akan mewujudkan pemikirannya ke dalam kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang akan ditempuhnya.

Catatan pentingnya, mana mungkin kita akan mampu memakmurkan dan mensejahterakan petani, jika sekarang ini muncul fenomena diperdesaan yang menginformasikan keengganan kaum muda perdesaan menjadi petani padi semakin meningkat. Menurut keterangan Komisaris ID FOOD, BUMN yang bergerak di bidang pangan, ternyata hanya 3 % saja anak petani yang mau berprofesi sebagai petani. Sebagian besar anak petani, lebih memilih jadi Aparat Sipil Negara (ASN) atau pegawai BUMN. Ini menandakan profesi petani bukanlah impian kaum muda sekarang ini.

Ketika menjadi Menteri Pendidikan dan Gubernur, Anis Baswedan tahu persis mengapa kaum muda perdesaan memilih untuk rame-rame eksodus ke kota-kota besar dari pada harus tinggal di kampung kelahirannya. Gengsi mereka bisa meningkat bila mereka dapat bekerja di perkotaan, walaupun hanya bekerja serabutan dengan penghasilan yang tak menentu. Yang penting “asal bukan petani”. Stigma semacam ini, rupanya semakin melekat kuat dalam nurani kaum muda perdesaan.

Hal yang tidak jauh berbeda juga dipahami oleh Prabowo Subianto, karena selama 10 tahun dirinya diberi amanah untuk menjadi Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Dengan seringnya Prabowo ke daerah dalam upaya mengakarkan HKTI sampai ke Anak Ranting, tentu saja membuat dirinya semakin memahami apa sebetulnya yang menjadi kata hati kaum muda dalam mengembangkan pertanian di negeri ini. Lewat dialog-dialog yang dilakukan, tentu banyak aspirasi kaum muda tercatat oleh Prabowo.

Ganjar Pranowo pun demikian. Pengalaman menjadi anggota DPR RI selama dua periode dan Gubernur Jawa Tengah selama 10 tahun, semakin memperkaya pemahanannya terhadap seluk belum dunia pertanian dan kehidupan petaninya. Ganjar pasti paham, apa sesungguhnya yang menjadi keinginan dan kebutuhan kaum muda dalam mengarungi kehidupannya ke depan. Mengapa banyak kaum muda perdesaan yang tidak berminat jadi petani padi, pasti sudah dikenali dengan baik oleh dirinya. Ganjar optimis dengan mengembangkan modernisasi pertanian dan pemberian insentif yang pantas, akan dapat menarik minat kaum muda untuk mau menjadi petani.

Atas gambaran ke tiga Capres diatas, rupanya mereka sepakat, yang namanya petani haruslah hidup makmur dan bahagia. Sebagai warga bangsa, petani memiliki hak untuk hidup sejahtera. Kewajiban negaralah untuk secepatnya mensejahterakan kehidupannya. Itu sebabnya, siapa pun dari ke tiga Capres yang akan dipilih rakyat, sebaiknya mereka jangan melupakan komitmen yang pernah diikralkannya itu. Tinggal sekarang, bagaimana semua komitmen tersebut dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata di lapangan.

Kita sendiri, sebenarnya sedang menunggu “jaminan” seperti apa yang kini berada di benak ke tiga Capres tersebut dalam mengajak kaum muda untuk mau menggeluti profesi petani padi sebagai mata pencaharian hidup nya. Salah satu yang dimintakan adalah sampai sejauh mana Pemerintah dapat membuat garansi, jika ada kaum muda yang berprofesi sebagai petani padi, maka dirinya akan dapat hidup sejahtera dan bahagia. Jaminan ini, sangat dibutuhkan kaum muda, agar mereka memiliki keyakinan diri, menjadi petani padi tidak akan hudup melarat.

Akhirnya, tentu kita percaya, para Capres sudah memiliki pemikiran terbaiknya, jika kepada mereka dimintakan jaminan supaya kaum muda mau jadi petani padi. Mari kita lihat bersama sekiranya ada diantara mereka yang telah terpilih sebagai Presiden NKRI 2024-2029.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Muhasabah Diri

Semangat SubuhSabtu, 5 oktober 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUHASABAH DIRI Saudaraku,Kadangkala dalam seharian kehidupan kita tak sadar ada tutur kata

Read More »

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *