6 October 2024 03:08
Opini dan Kolom Menulis

PENTINGNYA MENANAMKAN KECAKAPAN VOKASIONAL KEPADA ANAK

PENTINGNYA MENANAMKAN KECAKAPAN VOKASIONAL KEPADA ANAK

Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)

 

Anak adalah anugerah sekaligus amanat yang diberikan Tuhan kepada orang tuanya. Tugas orang tua bukan hanya memelihara dan membesarkannya, tetapi juga mendidik, karena pendidikan merupakan modal yang sangat penting dalam kehidupan seorang anak untuk menjadi manusia yang kompeten dan berbudi pekerti luhur.

Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak. Pendidikan di lingkungan keluarga merupakan hal yang sangat fundamental dan sangat penting bagi anak. Di sinilah diperlukan orang tua yang juga paham dan literat terkait pendidikan, karena bagaimana orang tua mau mendidik anaknya jika mereka sendiri tidak paham terkait konsep mendidik?
Salah satu hal yang perlu ditanamkan oleh orang kepada anak-anaknya adalah pendidikan kecakapan hidup (life skills). Kecakakan hidup adalah kecakapan atau kemampuan yang diperlukan untuk mengatasi berbagai tantangan atau masalah kehidupan sehari-hari.

World Health Organisation (WHO) membagi kecakapan hidup ke dalam beberapa bentuk, yaitu (1) kecakapan mengenal diri sendiri (self awareness) atau kecakapan pribadi (personal skill), (2) kecakapan sosial (social skill), (3) kecakapan berpikir (thinking skill), (4) kecakapan akademik (academic skill), dan (5) kecakapan kejuruan (vocational skill).

Dari 5 life skills tersebut, pada tulisan ini saya akan membahas terkait dengan pentingnya memberikan kecakapan vokasional kepada anak-anak. Kecakapan vokasional adalah kecakapan yang dikaitkan yang dikaitkan dengan bidang tertentu pada masyarakat seperti perbengkelan, kelistrikan, pertanian, perkebunan, kuliner, tata busana, dll.

Orang tua perlu menanamkan kecakapan vokasional dasar kepada anak mulai dari hal yang sederhana. Misalnya merapikan tempat tidur setelah digunakan, membersihkan kamar tidur, menyimpan handuk bekas pakai, menyimpan pakaian di lemari dengan rapi, cara mengampil pakaian yang mau dipakai dari lemari, menyimpan barang-barang milik pribadi sesuai dengan tempatnya, menghidupkan dan mematikan listrik, membuang sampah pada tempatnya, membetulkan peralatan rumah yang rusak ringan, membetulkan atau mengganti kancing pakaian yang lepas, menyetrika pakaian, mencuci pakaian, sepatu, piring, dan peralatan memasak. Lalu memasak menu makanan yang sederhana seperti menggoreng telur, memasang atau mencopot regulator gas dari kompor, memanfaatkan barang-barang bekas agar bisa digunakan dengan fungsi yang baru, dan sebagainya.

Kadang orang tua kesal saat anak-anak sekarang lebih banyak malas gerak alias mager, lebih sibuk dengan gawainya, sibuk main game online, abai terhadap tanggung jawab terhadap tugas, PR, atau barang-barang pribadinya. Kamar tidur berantakan, sampah berserakan, setiap pagi saat mau pergi sekolah, anak tetap menanyakan seragam, buku, sepatu, atau tas sekolah kepada ibunya. Saat disuruh melakukan sebuah pekerjaan di rumah atau diminta membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah, anak kadang cuek, kurang peduli, dan menolak dengan alasan lagi tanggung main game online atau tidak bisa. Hal ini yang sering menjadi bahan percekcokan antara anak dan orang tua.

Semua sudah mafhum bahwa pendidikan yang paling utama melalui keteladanan. Walau demikian, faktanya saat orang tua mengajak dan memberikan contoh mengerjakan pekerjaan rumah, tidak otomatis anak mau mengikutinya. Justru yang terjadi adalah anak tetap mager, tetap leyeh-leyeh di sofa, tetap asik dengan gawainya sambil melihat orang tuanya mengerjakan pekerjaan rumah. Kalau pun diperintah agar membantu orang tua, prosesnya alot. Orang tua harus berkali-kali bicara dengan nada tinggi, baru anak sambil terlihat terpaksa atau kesal mengikuti perintah orang tua.

Anak, khususnya yang sudah usia SD sampai SMA/SMK kadang hanya bisa mengeluh kalau ada barang-barang miliknya yang rusak atau hilang, cenderung menyepelekan kalau ada barang yang rusak atau hilang. Belum bisa bertanggung jawab dan menyadari konsekuensi dari hilangnya barang tersebut. Saat ditanya oleh orang tua di mana barang tersebut hilangnya, cukup menjawab “tidak tahu” dengan wajah yang lempeng atau tidak merasa bersalah.

Mendidik anak memang sangat memerlukan kesabaran. Walau kecakapan vokasional sederhana tujuannya agar anak bisa menyelesaikan masalah secara mandiri, tidak tergantung kepada orang lain, tetapi memupuk kesadaran tersebut bukan hal yang mudah. Orang tua juga perlu melakukan refleksi atau introspeksi terkait cara memberikan kecakapan vokasional kepada anak. Apakah cara berkomunikasinya sudah sesuai dengan usia anak, apakah disertai contoh dan instruksi yang jelas, apakah sudah dibuat kesepakan terkait dengan pembagian tugas pekerjaan rumah, dan sebagainya. Dialog antara orang tua dengan anak, contoh, dan pembiasaan adalah hal yang harus terus diikhtiarkan agar anak memiliki kesadaran dan kecakapan vokasional di rumah.)*)

 

Muhasabah Diri

Semangat SubuhSabtu, 5 oktober 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUHASABAH DIRI Saudaraku,Kadangkala dalam seharian kehidupan kita tak sadar ada tutur kata

Read More »

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *