DESEMBER 2023, NTP = 117,76
DESEMBER 2023, NTP = 117,76
OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP), salah satu indikator yang berguna untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani, pada Desember 2023 sebesar 117,76 atau naik 0,88 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Secara nasional, NTP sepanjang 2023 tercatat sebesar 112,46, dengan nilai It sebesar 131,59 dan Ib sebesar 117,01.
Terus terang, sampai sekarang kita belum memiliki ukuran kesejahteraan petani, selain NTP. Padahal, beberapa pihak, telah mengusulkan agar untuk menilai kesejahteraan petani hari ini, akan sangat jauh berbeda dengan ukuran yang diperkenalkan puluhan tahun lalu. Catatan kritisnya adalah mengapa kita seperti yang tidak berkenan untuk melakukan penyempurnaan ukuran tersebut ?
Tidak sedikit pakar ekonomi pertanian yang berpandangan, terlalu sederhana kita menentukan kesejahteraan petani, kalau hanya membandingkan apa yang diterima dengan apa yang dikeluarkan petani. Sesungguhnya, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Untuk mengukur kesejahteran petani, tidak cukup dinilai dari sisi pendapatan dan pengeluaran semata.
Pertanyaannya, mengapa Pemerintah seperti yang tidak berminat untuk mencari ukuran yang lebih utuh, holistik dan komprehensif ? Ada apa sebenarnya dengan NTP, sehingga sampai sekarang masih tetap dijadikan satu-satunya ukuran guna menentukan kesejahteraa petani ? Apakah karena kesederhanaan ukuran yang digunakan, atau ada argumen lain yang belum bisa disampaikan kepada publik ?
Menjelang tutup tahun, khususnya di bulan Desember 2023, BPS merilis NTP mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya. Di bulan Desember 2023, NTP mampu mencapai indeks 117,76. Angka ini sungguh cukup membanggakan, karena petani dapat merasakan manfaat dari profesi yang digelutinya. Jerih payah bercocok-tanam dibayar dengan harga yanf pantas.
Beberapa tahun sebelumnya, BPS kerap kali merilis angka NTP yang “jalan ditempat”. Kisaran NTP berada pada angka 98 -104. NTP yang tidak beranjak ini menggambarkan tingkat kesejahteraan petani yang tidak semakin membaik. Padahal, di sisi lain, produksi beras kita meningkat cukup signifikan. Kok, bisa produksi beras meningkat, kesejahteraan petaninya jalan ditempat.
Suasana seperti ini, tentu bukan hal aneh. Pemikiran naiknya produksi otomatis akan mensejahterakan petani, sudah seharusnya kita buang jauh-jauh. Sebab, berdasarkan pengalaman, naiknya produksi, bukan satu-satunya cara meningkatkan kesejahteraan petani. Masih banyak indikator-indikator lain yang mempengaruhinya. Salah satunya soal harga jual di tingkat petani.
Fenomena yang kita hadapi, setiap musim panen tiba, para petani sering mengeluh karena harga jual gabah dan beras selalu anjlok. Keluhan petani, sangat beralasan, karena dengan tingkat harga yang anjlok, para petani tidak mampu menutup biaya produksi yang dikeluarkannya. Harapan meraup untung di kala panen pun berubah menjadi kerugian yang menyakitkan. Akibatnya, petani hanya mampu merenungi nasib dan kehidupannya.
Yang menarik kita cermati, naiknya NTP dalam beberapa bulan terakhir, salah satu pemicunya, karena harga gabah dan beras dibpasaran melejit cukup tinggi. Ditopang oleh keriangan para petani dengan terjadinya harga beras dan gabah, Pemerintah mestinya segera mengambil langkah untuk menghitung ulang berapa harga gabah dan beras yang pantas ditetapkan dalam Harga Pembelian Pemerintah.
Yang membuat banyak pihak terpaksa mengerutkan dahi, mengapa ada pihak-pihak tertentu yang ingin segera menurunkan harga gabah dan beras dipasar untuk kembali ke HPP yang ditetapkan. Mereka seperti yang tidak rela, bila petani merasa senang dan bahagia. Boleh jadi, yang diharapkannya, petani tetap sedih merenungi penderitaannya.
Diketahuinya NTP sebesar 117,76, sebetulnya dilihat dari perbandingan pendapatan dan pengeluaran petani menunjukkan kondisi yang cukup menyenangkan dan membahagiakan. Penghasilan petani jauh lebih tinggi ketimbang biaya pengeluarannya. Artinya, sebesar 17,76 % petani dapat menerima keuntungan dari usahatani padi yang digarapnya. Masalahnya apakah dengan angka sebesar itu, petani hidup sejahtera ?
Ah, rasanya tidak ! Angka 17,86 % bila dikaitkan dengan inflasi yang tinggi ditambah dengan melesatnya harga-harga kebutuhan pokok serta menurunnya daya beli masyarakat, boleh jadi angka 17,76 % itu tidak memberi untung bagi petani. Yang lebih panras, jika NTP mencapai angka 130. Keuntungan 30 %, pasti akan dapat menutupu kebutuhan petani, termasul biaya produksi yang dikeluarkannya.
Sekalipun NTP bulan Desember 2023 mencapai 117,76, namun kondisi produksi beras sendiri, kini terekam sedang tidak baik-baik saja. Produksi beras menurun sehingga ketersediaan beras berkurang. Lalu, harga beras di pasar terlihat cukup tinggi, seolah Pemerintah tidak mampu lagi mengendalikannya. Kejadian ini, membuat ketahanan pangan bangsa dan negara jadi terganggu.
Akan tetapi bila kita cermati anggaran Pemerintah untuk pembangunan ketahanan pangan 2023 sebesar 112,7 trilyun atau naik 26,9 % dari tahun sebelumnya, mestinya berbagai hal yang disampaikan diatas tidak perlu terjadi. Walau ada El Nino, kita harus mampu mengatasinya. Produksi pun tidak perlu turun. Dan petani happy menyambutnya.
Sayangnya, mengapa kita tidak mampu mewujudkan hal-hal yang diimpikan itu ? Bisa jadi, salah satu akar masalahnya, karena hingga kini, kita masih belum mampu menerapkan pola pendekatan deteksi dini. Kita masih senang memerankan diri sebagai pemadam kebakaran. Mestinya, stop pemadam kebakaran, mulailah dengan deteksi dini !
(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).
Orang Mukmin Tidak Pernah Stress!
ORANG MUKMIN TIDAK PERNAH STRES! Sebagai hamba Allah, dalam kehidupan di dunia manusia tidak akan luput dari berbagai cobaan, baik
MENYOAL TARGET 32 JUTA TON PRODUKSI BERAS 2025
MENYOAL TARGET 32 JUTA TON PRODUKSI BERAS 2025 OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menargetkan produksi beras
Penyetaraan Modal Daerah Rp 200 Miliar Lebih ke PDAM Tirta Raharja, Bupati Dadang Supriatna: Untuk Peningkatan Layanan Kebutuhan Air Bersih
HIBAR – Bupati Bandung HM. Dadang Supriatna mengungkapkan bahwa Perumda Air Minum (PDAM) Tirta Raharja akan menerima penyetaraan modal daerah
Kabupaten Bandung Raih Penghargaan Produktivitas Padi Tertinggi di Jawa Barat Tahun 2024
HIBAR – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung melalui Dinas Pertanian menerima penghargaan bergengsi sebagai “Kabupaten/Kota Terbesar Produktivitas Padi di Jawa Barat
Penguatan Literasi Numerasi Jenjang SD se-Kab. Bandung. Kadisdik Dr. Marlan: Memotivasi, Proses Belajar Siswa Banyak Berikan Reward
Dr. H Marlan Nirsyamsu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung (Foto: Iman) HIBAR -Bimbingan Teknis Literasi Numerasi Bidang SD dibuka oleh
Wayang Kehidupan
Wayang kehidupan (Tatang) Pentas sekejap menguras air mata Emosi jiwa melanda Menata masa mengingat rasa Rindu menggebu mengingat ibu