REFLEKSI HUT PGRI TAHUN 2023

REFLEKSI HUT PGRI TAHUN 2023

Oleh Deni Permana

(Kepala SMPN 1 Arjasari dan Pengajar Praktik PGP Angk-8)

Peringatan HUT PGRI tahun 2023 berlangsung seperti biasa, gebyar, meriah, dan semarak. Ribuan guru berbondong mengikuti upacara dan berbagai acara lomba di seluruh wilayah Indonesia.

Kali ini Peringatan HUT PGRI mengusung tema “Transformasi guru wujudkan indonesia maju”, sebuah tema yang mengisyaratkan tantangan perubahan bagi guru untuk bertransformasi wujudkan Indonesia maju di masa depan sesuai perkembangan zaman.

Pertanyaan pentingnya, sejauh mana pesan yang terkandung dalam tema itu bisa tersampaikan kepada khalayak guru di Indonesia dan bisa diimplementasikan di lapangan? Ketersampaian pesan ini tentu saja berbanding lurus dengan  sejauh mana arti dan fungsi  PGRI bagi guru Indonesia, jika saja melekat erat dalam benak guru maka pesan yang terkandung dalam tema HUT PGRI itu akan tersampaikan dengan baik.

PGRI sendiri adalah organisasi perjuangan yang merupakan perwujudan wadah bagi para guru dalam memperoleh, mempertahankaan, meningkatkan, dan membela hak azasinya baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan pemangku profesi keguruan. Dalam perannya PGRI memperjuangkan serta melindungi hak dan martabat guru khususnya dalam aspek profesi dan kesejahteraannya.

Dalam perjalanannya sudah banyak langkah-langkah perjuangan PGRI yang berhasil  memperjuangkan martabat dan kesejahteraan guru di Indonesia, di antaranya saja kenaikan gaji PNS, usulan tunjangan beras diganti dengan uang, memaksimalkan penggunaan Askes di RS Swasta, realisasi anggaran 20% dari APBN untuk pendidikan sesuai dengan amanat UUD 1945, mengusulkan tunjangan-tunjangan bagi guru dan hasilnya tunjangan fungsional guru naik 150%, mengusulkan honor guru wiyata bakti baik disekolah negeri maupun swasta mendapat tunjangan.  PGRI juga memperjuangkan bantuan pendidikan sekolah untuk sekolah swasta, hasilnya bantuan pendidikan untuk sekolah swasta mengalami peningkatan yang signifikan, selanjutnya kenaikan golongan IV/a ke atas cukup di tingkat provinsi, kecuali guru di lingkungan Departmen Agama tetap di pusat. Tunjangan THR dan tambahan kesejahteraan bagi guru hasilnya pemerintah kabupaten/kota telah mencairkan tunjangan THR dan dana kesejahteran bagi seluruh PNS di jajarannya.

Masih banyak lagi perjuangan PGRI lainnya, walaupun masih harus diakui bahwa perjuangan PGRI belum maksimal. Hal ini disebabkan karena dua faktor, yaitu belum kuatnya PGRI sebagai kekuatan penekan dan kurangnya political will dari pemerintah dan birokrasi pendidikan. Begitu pula dalam memperjuangkan nasib para anggotanya untuk mengemban amanat UUD 1945, “mencerdaskan bangsa” PGRI selalu mengundang dan bekerja sama dengan organisasi lainnya, selama dalam bingkai tegaknya NKRI. Sebagai anggota PGRI tentu kita sangat mengapresiasi prestasi perjuangan PGRI sejauh ini.

Dalam konteks kekinian, PGRI tentu harus dapat mengakomodir lebih banyak aspirasi guru di Indonesia yang begitu banyak. Menurut data Kemendikbudristek RI jumlah guru di Indonesia mencapai 3,36 juta orang pada semester ganjil tahun ajaran (TA) 2023/2024, ini tentu menjadi tantangan berat bagi PGRI untuk bisa dinamis dan konsisten terus berjuang untuk guru Indonesia. Beberapa kebutuhan guru saat ini adalah tuntutan agar semua guru honorer bisa otomatis diangkat menjadi ASN baik itu PNS atau setidaknya P3K, tuntutan lainnya adalah bahwa PGRI bisa menjembatani peningatan kemampuan guru dalam pembelajaran digital berbasis literasi dan numerasi sebagai dampak dari rapor pendidikan yang diterima seluruh sekolahn dan sejumlah kebutuhan guru lainnya.

Semoga, PGRI terus maju dan bertumbuh untuk terus meningkatkan martabat dan kesejahteraan guru Indonesia, Bravo PGRI. (*)