6 October 2024 23:25
Opini dan Kolom Menulis

Apa Ada Yang Keberatan Harga Gabah Naik?

APA ADA YANG KEBERATAN HARGA GABAH NAIK ?

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Dalam dunia perberasan, gabah dan beras merupakan produk penting manakala kita mencermati sistem agribisnis perberasan. Sebagai produsen, petani akan memulai budidaya padi dengan menanam benih di lahan sawahnya. Benih inilah yang akan dibudidayakan menjadi gabah. Lalu diolah menjadi beras untuk kemudian dikonsumsi masyarakat sebagai bahan pangan pokok. Dengan demikian, dari sebutir benih padi, ujung-ujungnya menjadi nasi.

Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya setelah panen berlangsung, para petani sekarang lebih memilih untuk menjual gabah ketimbang mengolah lebih lanjut menjadi beras. Budaya lumbung atau “leuit”, kini sudah mulai memudar dalam kehidupan para petani. Kita akan kesusahan menemukan petani yang menyimpan gabah di rumahnya. Petani lebih suka menjual seluruh gabah yang dipanennya kepada bandar dan tengkulak.

Mencermati gambaran seperti ini, selain sebagai produsen, petani pun merangkap jadi net consumer. Pada saat pemenuhan kehidupan sehari-harinya, petani menjadi konsumen dan harus membeli beras di pasar. Untung, Pemerintah meluncurkan kebijakan bantuan sosial beras. Program ini sangat menolong petani, terutama petani gurem dan buruh tani. Dengan bansos beras 10 kilogram beras per bulan yang dilaksanakan selama 3 bulan berturut-turut, para petani berlahan sempit ini merasa terbantu dari cengkraman hidup susah yang menderany.

Hal ini menjadi perlu untuk dilakukan, mengingat sekarang ini, kondisi perekonomian nasional terekam dalam posisi yang tidak baik-baik saja. Daya beli masyarakat melorot dan harga beras yang terjadi di pasaran terlihat semakin ugal-ugalan, sehingga susah dikendalikan. Harapan rakyar agar negara hadir di tengah kesusahan hidup mereka, terbukti belum mampu diwujudkan. Rakyat terus mengeluh dan negara pun tampak tidak mampu berbuat banyak bagi masyarakat.

Yang membuat suasana hati sedikit terobati, naiknya harga beras, ternyata diikuti pula dengan naiknya harga gabah. Di beberapa daerah yang harga gabahnya mampu menembus angka Ro. 7000,- per kilogram, dianggap sebagai berkah kehidupan yang patut disyukuri. Jarang-jarang petani mendapat harga sebaik itu. Biasanya harga gabah di tingkat petani, hanyalah beberapa ratus rupiah diatas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah yang ditetaokan. Beberapa daerah malah mengakamu harga gabah di baqah HPP.

Tidak semua pihak senang dengan naiknya harga gabah dengan angka yang spektakuler. Ada pihak yang kini berusaha untuk menurunkan kembali harga gabah. Bagi pembela dan pelindung petani, kebijakan yang perlu segera dilakukan adalah bagaimana dalam tempo yang sesingkat-singkatnya Pemerintah mampu menurunkan harga beras ke tingkat yang wajar. Segera lakukan duduk bersama guna mencari solusi yang menguntungkan semua pihak.

Usul untuk menaikkan harga gabah dan menurunkan harga beras, sebenarnya telah disuaeakan sejak lama. Anehnya, suara seperti ini, tidak ada yang menindak-lanjutinya. Pemerintah sendiri seperti yang enggan untuk membahasnya dengan pedaganf, bandar, tengkulak, penggilingan padi dan Perum BULOG. Tapi dengan adanya harga beras yang membumbung tinggi dan susah dikendalikan, kita berharap ada tindak-lanjut yang ditempuh.

Sebagaimana disampaikan diatas, gabah adalah miliknya petani. Sedangkan pedagang memiliki gabah dan beras. Secara hitungan sederhana, jika harga gabah naik, maka yang diuntungkan adalah petani dan pedagang. Tapi, kalah yang naik harga beras, yang mendapat keuntungan, hanya pedagang. Bila terjadi kenaikan harga gabah dan harga beras secara bersamaan, maka yang paling diuntungkan adalav pedang. Petani sendiri jelas dirugikan.

Mengapa petani dirugikan ? Sebab, dengan naiknya harga beras, petani sebagai net consumer, tentu harus membeli beras untuk memenuhi konsumsi kesehariannya. Kalau harga beras merangkak naik hingga tak terkendali, ditambah dengan merosotnya daya beli masyarakat, khususnya petani, maka kenelangsaan hidup mereka menjadi semakin nyata lagi. Itu sebabnya, Pemerintah perlu bersikap untuk mencarikan jalan keluarnya.

Harga gabah yang tinggi dan harga beras yang wajar, bukanlah hal yang cukup mudsh diwujudkan dalam kurun waktu yang berbarengan. Langkah Pemerintah untuk meningkatkan penghasilan petani sekaligus membantu konsumen, menuntut ada pengorbanan dari berbagsi pihak, khususnya para pedagang, yang selama ini menikmati keuntungan dari bisnis perberasan. Pertanyaannya adalah apakah ada regulasi yang dapat mewujudkan harapan yang demikian ?

Kembali ke fenomena yang tengah terjadi saat ini. Apakah naiknya harga gabah sampai menembus angka Rp. 7000,- per kilogram ini sebagai imbas dari ketidak-mampuan Pemerintah mengendalikan harga beras yang terus merangkak naik ? Lebih sedih lagi, jika pejabat yang betugas dan bertanggungjawab atas masalah ini, tampak memprioritaskan kepentingan partai politik dalam mendukung Calon Presiden dari pada mensolusikan harga beras yang wajar ?
Lalu, apakah betul naiknya harga gabah yang cukup ini bebas dari rekayasa pihak-pihak tertentu, sehingga panras dikatakN berlangsung secar alamiah ? Selanjutnya, bagaimana kalau hal ini terjadi karena adanya El Nino ? Bahkan tidak salah juga bila ada pihaj yang menyebut, suasana ini tercipta, karena beras di dalam negeri semakin berkurang jumlahnya. Kita sendiri, tidak tahu dengan pasti, mana yang betul dari beragam pandangan diatas.

Di sisi lain, naiknya harga gabah kali ini, tentu akan diterima dengan suka cita oleh para petani. Penantian cukup panjang untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik, sepertinya terjawab oleh kenaikan harga gabah yang menembus angka Rp. 7000,- per kilogram. Catatan kritis yang penting kita cermati, apakah ada pihak-pihak tertentu yang merasa keberatan dengan kenaikan harga gabah ini, sehingga mereka berusaha keras untuk menurunkan lagi harga ?

Menyikapi harapan Presiden Jokowi agar segera dapat diwujudkan harga beras yang wajar bagi petani, pedagang dan masyarakat, kelihatannya perlu ditambah dengan terciptanya harga gabah yang wajar pula. Ini penting, karena apa mungkin kita akan merasa nyaman, jika harga beras wajar, tapi harga gabahnya kurang wajar ? Inilah yang butuh pendalaman semua pihak, khususnya mereka yang selama ini bergelut dengan dunia kepetanian.
Akhirnya penting untuk dijadikan percik permenungan kita bersama. Naiknya harga gabah dan harga beras yang membuat Pemerintah tak berdaya mengendalikannya, menuntut kepada semua pihak untuk mencarikan solusi cerdasnya. Segenap komponen bangsa, diminta pemikiran-pemikiran kritisnya, sehingga kita mampu memberi hasil terbaik bagi keberlanjutan pembangunan di Tanah Merdeka ini.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

“LIANG COCOPET”

“LIANG COCOPET” OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA “Liang Cocopet” adalah ungkapan umum dalam kehidupan masyarakat. Tatar Sunda, yang intinya menggambarkan tempat

Read More »

Tanda Terimanya Sebuah Amal

MUHASABAH AKHIR PEKANMinggu, 6 Oktober 2024 TANDA DITERIMANYA SUATU AMAL BismillahirrahmanirrahiimAssalamu’alaikum wr wbrkt… Saudaraku,Perlulah kita ketahui bahwa tanda diterimanya suatu amalan adalah apabila

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *