7 October 2024 01:31
Opini dan Kolom Menulis

Masjid Al-Jabbar Tujuan Taqwa atau Wisata?

Masjid Al-Jabbar Tujuan Taqwa atau Wisata?

Oleh Dadang Suhenda
Peneliti dari Pusat Riset Kependudukan BRIN
 
 
Sejak awal dimulainya pembangunan masjid Al-Jabbar pada akhir tahun  2017 (Tepatnya peletakan batu pertama pada 29 Desember 2017) yang diinisiasi oleh gubernur jabar (Ahmad Heryawan)  bersama kang emil selaku walikota Bandung saat itu. Terdapat banyak kendala yang dihadapi seperti proses pembebasan lahan yang sulit, proses tender yang tersendat, pembiayaan yang membengkak, adanya musibah COVID yang berdampak pada pemangkasan biaya, sehingga targetnya menjadi molor (Target rampung 2019). 
 
Pada Jumat, 30 Desember 2022, Ridwan Kamil (Gubernur Jabar saat ini) didampingi wakilnya Uu Ruzhanul Ulum melakukan peresmian masjid tersebut  yang ditandai dengan memukul bedug. Sejak dibuka secara resmi masjid AL-Jabbar yang sudah dinanti-nantikan oleh masyarakat Jabar khususnya, banyak pengunjung yang langsung berbondong-bondong mengunjungi masjid tersebut. Selain berdampak positif bagi peningkatan ekonomi warga sekitar, masalah baru muncul kembali seperti timbulnya kemacetan karena sulit dan terbatasnya akses masuk ke kawasan masjid, lahan parkir yang terbatas dan lebih lucunya lagi banyak warga atau jamaah yang datang dan melakukan aktifitas makan bersama, sementara anak-anak bermain air pada kolam air sekitar halaman masjid layaknya wahana wisata “Water Boom”. Masjid menjadi menjadi kotor dan kumuh karena sampah.
 
 
Tujuan Taqwa
Secara bahasa, masjid berasal dari kata sajada-yasjudu yang berarti bersujud. Masjid adalah ‘ism makan’ (nomina) yang menunjukkan tempat, jadi dapat disimpulkan bahwa masjid sebagai tempat bersujud. Secara istilah, masjid merupakan suatu bangunan atau tempat khusus untuk beribadah umat Islam. 
 
Masjid ini umumnya dikenal oleh masyarakat sebagai tempat beribadah yang dapat menampung orang banyak, contoh dalam shalat berjamaah atau juma’atan. Jika mempunyai ukuran kecil dan hanya menampung beberapa jamaah saja (tidak digunakan unutuk sholat jum’at) itu dikenal dengan musholla. Padahal secara bahasa memiliki makna yang sama dari keduanya, yaitu Masjid artinya tempat bersujud dan Musholla artinya tempat sholat.
Perbedaan pandangan dalam memaknai arti sebuah masjid atau musholla itu tidak menjadi persoalan utama. Yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana masjid ini bisa membentuk insan yang memiliki keimanan dan ketaqwaan yang sempurna serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa. Iman dan taqwa yang sempurna harus diwujudkan dalam adab dan ahlak yang membaik. Maka, setelah dibangun Masjid itu harus dijaga kebersihan dan ketertibannya. 
 
Seperti pada zaman Nabi Muhammad SAW, fungsi utama masjid sebagai tempat beribadah. Salah satu ibadah yang paling utama adalah sholat. Dengan sholat, dapat mencegah perbuatan munkar dan munkar. Selanjutnya, bagaimana jamaah yang hadir dapat menghadirkan sifat-sifat ketaatan dan ketaqwaan terhadap shalat ini ke dalam kehidupan sehari-harinya.
 
 
Tujuan Wisata 
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, selain sebagai tempat ibadah, masjid juga berfungsi sebagai tempat membentuk peradaban dalam berbagai bidang seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, peradilan, pendidikan bahkan terkait kemiliteran. Mengingat fungsinya yang sangat strategis, maka perlu manajemen pengelolaan yang baik
Masjid Al-Jabar sebagai salah masjid terbesar di Jawa Barat, dengan konsep terapung, terletak di tengah danau seluas 26 hektar, bentuk bangunan unik menyerupai kubah raksasa dengan permukaan mirip sisik ikan dan memiliki empat menara ikonik yang tinggi menjulang. Selain itu masjid ini juga dilengkapi dengan berbagai fasiltas, antara lain plaza, selasar, kolam ikan, ruang shalat utama dan museum Nabi Muhammad SAW. 
 
Masyarakat juga dapat menikmati taman disekitar area masjid yang bisa dijadikan lokasi wisata religi.  Tidak heran jika Masjid ini menjadi salah satu idola tujuan wisata baru bagi masyarakat Indonesia. Banyak pengunjung dari dalam atau luar kota berbondong-bondong datang ke masjid ini. Ada yang sekedar untuk memenuhi rasa penasaran, dan ada juga yang memang berniat untuk melakukan wisata religi. 
 
Banyaknya pengunjung atau jamaah yang datang sangat berdampak pada peningkatan ekonomi masayarakat sekitar. Warga memanfaatkan kondisi tersebut dengan berjualan, membuka lahan parkir mandiri, jasa foto dan usaha-usaha lainnya. Keadaan ini, sebenarnya merupakan hal yang biasa dan normal saja, namun jika tidak terkelola dengan baik akan menimbulkan masalah baru seperti kejadian viral sebelumnya dimana warga banyak yang melakukan transaksi jual beli dan makan bersama di area masjid dengan meninggalkan sampah dan terjadinya kesemrawutan. 
 
 
Keseimbangan Taqwa dan Wisata
Seseorang yang bertaqwa akan wujud dalam perilakunya yang mencerminkan ketaqwaan. Contoh sederhana adalah ketika ajaran agama memerintahkan untuk selalu menjaga kebersihan, maka Tindakan membuang sampah sembarangan di masjid akan terhindarkan, namun tentunya harus difasilitasi dengan tempat pembuangan sampah yang memadai dilokasi. Bahkan islam mengajarkan hal-hal teknis (adab) ketika kita akan memasuki sebuah masjid diantaranya: mempunyai wudhu, berdoa minta rahmat dan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu ketika masuk masjid, shalat tahiyatul masjid, tidak berbicara perkara dunia apalagi melakukan transaksi jual beli di dalam masjid. Jika adab ini juga dipahami dan dipraktekkan, mungkin para pengunjung dan pedagang akan lebih tertib untuk tidak melakukan praktek jual beli di area masjid. 
 
Jangan sampai tujuan membentuk pribadi taqwa seolah-olah terpinggirkan oleh tujuan wisata, maka diperlukan upaya penyadaran bersama akan pentingnya menjadikan fungsi utama masjid seutuhnya. Banyaknya pengunjung juga harus diimbangi dengan manajemen pengelolaan yang lebih baik, salah satunya dengan meningkatkan kapabilitas dan menambah jumlah petugas pengelola sesuai dengan rasio jumlah pengunjung. Perlu keseimbangan usaha menuju taqwa dan wisata. Sebagaimana sering kita lantunkan dalam do’a yang sering kita kenal dengan do’a sapu jagat: “Robbanaa aatina fiddunya hasanah, wafil-aakhiroti hasanah, waqinaa adzaabannar”.(*)
 
PENULIS:
 
Oleh Dadang Suhenda
 Peneliti dari Pusat Riset Kependudukan BRIN
 

“LIANG COCOPET”

“LIANG COCOPET” OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA “Liang Cocopet” adalah ungkapan umum dalam kehidupan masyarakat. Tatar Sunda, yang intinya menggambarkan tempat

Read More »

Tanda Terimanya Sebuah Amal

MUHASABAH AKHIR PEKANMinggu, 6 Oktober 2024 TANDA DITERIMANYA SUATU AMAL BismillahirrahmanirrahiimAssalamu’alaikum wr wbrkt… Saudaraku,Perlulah kita ketahui bahwa tanda diterimanya suatu amalan adalah apabila

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *