BANGSA YANG MENYESAL
BANGSA YANG MENYESAL
OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA
Menarik sekali apa yang diucapkan Presiden Soekarno pada saat peletakan batu pertama Gedung Fakultas Pertanian di Baranangsiang, Bogor (kini IPB University) tanggal 27 April 1952. Pidatonya cukup panjang dan lewat tulisan ini, sengaja penulis kutipkan pandangan dan pemikiran Beliau di bagian akhir Pidatonya tersebut.
…….)”Kalau misalnya peperangan dunia ke III meledak, entah besok entah lusa, dan perhubungan antara Indonesia dan Siam dan Birma terputus karena tiada kapal pengangkutan, dari mana kita mendapat beras? Haruskan kita mati kelaparan ?
Buat apa kita membuang devisa bermilyun-milyun tiap-tiap tahun untuk membeli beras dari negeri lain, kalau ada kemungkinan untuk memperlipatgandakan produksi makanan sendiri?
Segala ihtiar-ihtiar kita untuk menekan harga-harga barang di dalam negeripun sebagai telah kita alami selalu akan kandas, selalu akan sia-sia, selama harga beras periodik membumbung tinggi, karena harga beras memang menentukan harga barang yang lain-lain.
Politik bebas, prinstop, keamanan, masyarakat adil dan makmur ”mens sana in corpore sano” semua itu menjadi omongan kosong belaka, selama kita kekurangan bahan makanan, selama tekor kita ini makin lama makin meningkat.
Selama kita hanya main sinisme saja dan senang mencemooh, selama kita tidak bekerja keras, memeras keringat mati-matian menurut plan yang tepat dan radikal. Revolusi Pembangunan harus kita adakan, Revolusi Besar diatas segala lapangan. Revolusi Besar dengan segera, tetapi paling segera diatas lapangan persediaan makanan rakyat.
Dan kamu, pemuda-pemudi di seluruh Indonesia, kamu harus menjadi pelopor dan pahlawan dalam Revolusi Pembangunan itu! Janganlah bangsa menyesal, dihari yang akan datang”,,,,,,,).
Pidato Bung Karno diatas, benar-benar memberi sinyal kepada kita, tentang betapa pentingnya bangsa ini perlu sungguh-sungguh dalam mengelola beras dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Sekitar 70 tahun lalu, Bung Karno mewanti-wanti para penyelenggara negara agar jangan main-main dalam mengelola pangan. Di benak Bung Karno, pangan menyangkut mati hidupnya suatu bangsa.
Sejak Indonesia merdeka 78 tahun ini, pasang surut perberasan sudah sering kita alami. Bangsa ini mampu menorehkan catatan berharga dalam perjalanan pembangunan pertanian. Setidaknya, dua kali para petani dapat mengukir sejarah di panggung dunia.
Pertama adalah pencapaian swasembada beras pada tahun 1984, yang saat itu sempat membuat warga dunia tercengang, juga terbengong-bengong dan hampir tidak percaya atas apa yang kita raih. Ada juga yang bertanya-tanya, kok bisa Indonesia melakukannya ?
Betapa tidak ! Bayangkan, Indonesia yang selama ini dikenal sebagai salah satu bangsa pengimpor beras terbesar di dunia, tiba-tiba dalam waktu yang relatif singkat mampu meraih swasembada beras. Bahkan Indonesia pun dapat membantu bangsa-bangsa lain yang ketika itu sedang mengalami kesusahan.
Kedua, keberhasilan Pemerintahan Jokowi dalam menggenjot produksi beras berkat penerapan teknologi budidaya padi modern, sehingga produksi melimpah ruah dan selama tiga tahun berturut-turut, mampu menutup rapat-rapat kran impor beras. Selana tiga tahun, tidak ada impor beras yang bersifat komersil.
Untuk itu, cukup tepat, jika lembaga riset dunia sekaliber International Research Rice Institute (IRRI) dengan sepengetahuan Badan Pangan Dunia (FAO), memberi Piagam Penghargaan kepada Pemerintah Indonesia atas kisah sukses meraih kembali Swasembada Beras 2022.
Sampai sekarang, beras masih diposisikan sebagai komoditas politis dan strategis. Beras sebagai sumber kehidupan dan penghidupan sebagian besar warga bangsa, penting untuk ditangani secara khusus. Jangan sampai kita lengah dalam mengelolanya. Sekali saja kita teledor, boleh jadi hal itu akan menjadi malapetaka yang menakutkan.
Itu sebabnya, tata kelola perberasan, harus digarap secara terukur dan profesional. Persis sebagaimana dijelaskan Bung Karno agar kita tidak menjadi bangsa yang menyesal, karena salah urus dalam mengelola pangan di negeri agraris.
(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).
Wayang Kehidupan
Wayang kehidupan (Tatang) Pentas sekejap menguras air mata Emosi jiwa melanda Menata masa mengingat rasa Rindu menggebu mengingat ibu
Nasib “Petani Jerami”
NASIB “PETANI JERAMI” OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Ketika masih menjabat Gubernur Jawa Barat, Kang Emil sapaan akrab Ridwan Kamil, menawarkan
Pelangi Pematang Sawah
Pelangi Pematang Sawah (Tatang Rancabali) Masa mudaku lekat keringat Memeluk peluh penuh keluh Pundak hendak memikul beban Gelandang menuju gelanggang
“PESAN MORAL” UNTUK GUBERNUR JAWA BARAT
“PESAN MORAL” UNTUK GUBERNUR JAWA BARAT OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) Serentak di seluruh Nusantara, akhirnya
Murah Hati
MUHASABAH DIRIKamis, 28 November 2024 BismillahirahmanirahimAsalamu’alaikum wrm wbrkt MUTIARA HATI Saudaraku,Hidup ini disebut enteng enteng bangga Namun agar hidup ini
Jelang Pelaksanaan Pilkada 2024, BPBD Kabupaten Bandung Siagakan Sejumlah Perahu di Lokasi Rawan Banjir
HIBAR – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah mendistribusikan dan menyiagakan sejumlah perahu di lokasi