6 October 2024 03:08
Opini dan Kolom Menulis

Kesehatan Sawah

KESEHATAN SAWAH

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Sekarang ini, sesungguhnya ada persoalan serius yang dihadapi sawah petani. Sejak dimulainya revolusi hijau puluhan tahun lalu, khususnya dalam meraih swasemvada berbagai komoditi, umumnya sawah di negeri ini terus-terusan di bombardir oleh pupuk kimia. Jarang yang menggunakan pupuk organik dan terbebas dari pupuk kimia.

Alasannya sederhana, karena dengan menggunakan pupuk kimia, produksi dapat meningkat secara signifikan, sekalipun dibalik senuanya itu, terekam kesehatan sawah semakin memburuk. Persoalannya menjadi semakin menarik untuk dicermati, manakala penurunan kesehatan sawah ini, dikaitkan dengan kebijakan pupuk bersubsidi yang saat ini ditempuh Pemerintah.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Kebijakan pupuk subsidi hanya pada jenis Urea dan NPK tertuang dalam Peraturan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 10 tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian. Permentan ini tentu saja cukup mengagetkan para petani.

Permentan tersebut juga mengatur tentang komoditas yang mendapat pupuk bersubsidi dari sebelumnya 70 komoditas pertanian, kini hanya sembilan komoditas yakni padi, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai, kakao, tebu, dan kopi.
Komoditas tersebut dipilih lantaran merupakan komoditas pokok dan strategis yang salah satu nya memiliki dampak terhadap laju inflasi.

Penting diketahui, dari 9 jenis komoditas diatas, ternyata 3 komoditas yaitu kedele, bawang putih dan tebu tergolong ke dalam defisit pangan. Sebab, untuk memenuhi kebutuhan masysrakat, kita masih melakukan impor. Arti nya, cukup beralasan jika Pemerintah memberi perlakuan khusus terhadap komoditas seperti itu.

Kebijakan menggenjot produksi berbagai jenis bahan pangan setinggi-tingginya menuju swasembada komoditi, diyakini hanya akan terwujud, jika kita tetap memprioritaskan penggunaan pupuk kimia. Penggunaan pupuk organik, dinilai tidak mungkin akan dapat meningkatkan produksi dengan cepat.

Namun begitu, kesadaran untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk organik, ujung-ujungnya muncul dari Presiden Jokowi. Beliau menugaskan Menteri Pertanian agar Permentan yang telah diterbitkan dalam Tata Kelola Pupuk Bersubsidi ini, ditambah dengan pupuk organik. Jadi, bukan hanya Urea dan NPK yang disubsidi, namun juga pupuk organik.

Presiden tentu tahu persis, jika sawah terus-terusan digempur dengan pupuk kimia, maka kesehatan sawah akan terganggu dan menjadi beban untuk generasi mendatang. Peperangan antara peningkatan produksi dengan kesehatan sawah, menjadi bahan menarik untuk dijadikan bahan diskusi, sekaligus dicarikan solusi cerdasnya.

Selain kesehatan sawah yang semakim memburuk, tergerusnya sawah oleh kepentingan pembangunan, juga menjadi soal lain yang butuh pencermatan dengan sungguh-sungguh. Banyak cerita, alih fungsi lahan yang membabi-buta, membuat sawah beralih-fungsi. Ada yang berubah jadi bandara internasional.

Lalu, ada yang jadi pelabuhan internasional. Ada yang jadi bantalan kereta api cepat. Ada yang berubah jadi perumahan dan pemukiman. Ada yang berubah jadi jalan tol. Ada yang jadi kawasan industri. Bahkan ada juga yang beralih kepemilikan. Semula milik petani, kini berganti menjadi kepunyaan petani berdasi.

Suasana seperti ini, tentu perlu kita sikapi. Jangan sampai, kita tergolong ke dalam orang yang sengaja membiarkan situasi tersebut berjalan apa adanya. Kalau kita ingin tercatat sebagai anak bangsa yang mencintai pertanian, tentu harus berani tampil dan memberi catatan kritis atas kondisi yang tercipta.

Ruang pertanian, memang harus dijaga, dipelihara dan dilestarikan keberadaannya. Kalau pun ada kebutuhan yang tak bisa ditawar-tawar lagi, penting dibahas secara seksama, apakah alih fungsi tersebut membawa keberkahan bagi kehidupan atau sebaliknya, dalam jangka panjang malah akan melahirkan tragedi kehidupan yang mengenaskan.

Disinilah sangat dibutuhkan adanya pengendalian ruang pertanian yang cukup ketat. Penjaga ruang pertanian, harus orang yang memiliki integritas dan komitmen kuat untuk memuliakan sektor pertanian. Penjaga ruang pertanian, mesti sosok yang tahan godaan atau pun iming-iming cuan.

Sebab, mereka inilah yang ada di garda paling depan untuk menyelamatkan ruang pertanian, dari oknum-oknum yang ingin memanfaatkan kepentingan jangka pendek. Tanpa orang yang berintegritas, dijamin ruang pertanian akan semakin berkurang. Dampak yang ditimbulkannya, ketersediaan pangan nasional bakal terganggu.

Akhirnya penting disampaikan, semua warga bangsa paham betul, kesehatan sawah di negeri ini, terlihat sedang tidak baik-baik saja. Sawah yang dimiliki petani, kini betul-betul sedang sakit. Pengalaman menunjukkan, agar produksi dapat ditingkatkan, maka jumlah penggunaan pupuk kimia pun harus ditingkatkan. Kalau tidak, target produksi pasti tidak bakal tercapai.

Dulu di suatu daerah sentra produksi padi di Jawa Barat, untuk menghasilkan produksi padi 5 atau 6 ton per hektar, direkomendasikan pemakaian pupuk Urea sebesar 250 kg. Dalam kondisi sekarang dengan pupuk Urea 250 kg per hektar, hasilnya boleh jadi hanya sekitar 3 juta ton. Artinya, agar produksi dapat 5 atau 6 ton maka pupuk Ureanya ditambah jadi 500 kg per hektar.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Muhasabah Diri

Semangat SubuhSabtu, 5 oktober 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUHASABAH DIRI Saudaraku,Kadangkala dalam seharian kehidupan kita tak sadar ada tutur kata

Read More »

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *