5 October 2024 22:19
Opini dan Kolom Menulis

SING DAEK PEURIH DA HIRUP MAH MOAL BEUNGHAR KU PANYUKUP BATUR

SING DAEK PEURIH DA HIRUP MAH MOAL BEUNGHAR KU PANYUKUP BATUR

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Diartikan secara bebas, pepatah bahasa Sunda yang menjadi judul tulisan kali ini adalah “harus mau berjuang sendiri meskipun sulit, sebab hidup tidak akan kaya dengan pemberian orang lain”. Pepatah ini menarik, karena yang namanya kehidupan, memang butuh perjuangan. Hidup, bukan cuma sekedar menyambung nyawa, tapi seiring dengan itu, harus pula memberi keberkahan bagi nasib sesama.

Setiap anak bangsa, pasti memiliki cita-cita. Dulu, kalau kita bertanya kepada anak-anak soal cita-citanya, tentu jawaban yang disampaikan bisa macam-macam. Ada yang ingin jadi dokter. Ada yang mau jadi insinyur. Ada yang ingin jadi tentara, polisi, dan lain sebagainya. Tapi, hampir tidak ditemukan anak-anak yang bercira-cita jadi petani atau nelayan.

Sekarang suasananya sudah berbeda. Anak-anak malah ada yang bercita-cita jadi Presiden. Hal ini wajar terjadi. Sebab, bagi seorang anak bangsa, menjadi Presiden itu keren. Presiden itu dihormati. Presiden dikawal ajudan. Mereka juga tentu mendengar Presiden memiliki pesawat khusus bila akan bepergian melaksanakan tugas kenegaraan.

Begitulah gambaran anak-anak kita tentang cita-cita yang ingin dicapainya. Lalu bagaimana dengan para pejabat publik itu sendiri ? Apa yang ingin diwujudkannya, jika terpilih menjadi Gubernur ? Ayo, kita ambil teladan apa yang dituliskan dalam Visi Ridwan Kamil, ketika mencalonkan diri menjadi Gubernur Jawa Barat periode 2019-2024 ?

Lewat kampanyenya Kang Emil dan Kang Uu mendambakan “Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir dan Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi”. Jawa Barat harus tetap menjadi salah satu Provinsi Penghasil Padi tertinggi di Indonesia. Jawa Barat penting menjadi Provinsi yang memiliki Ketahanan Pangan yang kokoh. Bahkan mesti tampil sebagai pionir dalam meraih Kedaulatan Pangan.

Visi seperti ini memang terkesan cukup ideal. Dalam pencapaiannya dibutuhkan kerja keras dan kerja cerdas. Tidak mungkin Visi ini tercapai, bila Kang Emil sebagai orang nomor 1 di Jawa Barat, hanya santai-santai sambil duduk manis belaka. Terwujudnya Jawa Barat Juara sangat membutuhkan hadirnya inovasi dan terobosan dalam menuntaskan masalah krusial yang dihadapi.

Salah satunya, sampai sejauh mana Kang Emil dan pasukannya mampu menjadi “prime mover” dalam memerangi kemiskinan dan kelaparan. Jawa Barat Juara, tentu bukan hanya tertuang di atas kertas atau hanya dijadikan pidato para pejabat, namun yang lebih utama lagi, sampai sejauh mana dalam penerapannya di lapangan. Juara disini adalah tak tertandingi dalam menjalankan sebuah tujuan pembangunan, diantaranya dalam memerangi kemiskinan.

Perjuangan menangani kemiskinan, sangat membutuhkan adanya komitmen yang kuat dari segenap komponen bangsa, khususnya mereka yang diberi amanah rakyat untuk mengelola bangsa dan negeri tercinta. Itu sebabnya, seiring dengan perwujudkan Visi tersebut, Kang Emil mesti pinter-pinter dalam merancang kebijakan, program dan kegiatan dalam menanggulangi kemiskinan warga masyarakatnya.

Yang cukup penting untuk digarap, sebaiknya Kang Emil dapat mengajak masyarakat Jawa Barat untuk tampil mandiri dan melepas ketergantungan kepada orang lain. Bagaimana caranya agar warga Jawa Barat mampu berdiri diatas kaki sendiri ? Lalu, bagaimana pula agar mereka dapat melakoni kehidupannya berdasar kemampuannya sendiri. Inilah yang dimaknai sebagai kemandirian.

Walau tujuan negara adalah mensejahterakan rakyat, namun sebagian besar masyarakat masih banyak yang memprihatinkan. Hanya sebagian kecil yang suasana hidupnya sudah sejahtera. Memang, hidup ini butuh perjuangan. Catatan kritisnya adalah perjuangan seperti apa yang harus ditempuh agar para petani berlahan sempit, tidak terus-terusan terjebak dalam suasana hidup miskin ?

Bagaimana caranya agar kehidupan mereka dalam tempo yang sesingkat-singkatnya mampu terbebas dari bantuan sosial yang setiap 3 bulan dikucurkan Pemerintah ? Mereka juga ingin agar keluarganya dapat hidup mandiri dan tidak tergantung kepada bantuan Pemerintah. Namun apa hendak dikata, jika kemampuan untuk hidup mandiri saat ini, masih terekam sebatas mimpi.

Tingginya ketergantungan kehidupan mereks terhadap bantuan Pemerintah, kini masih mengemuka sebagai gambaran kehidupan warga bangsa, yang belum berhak tampil sebagai penikmat pembangunan. Para “korban pembangunan” ini tampak masih hidup menderita. Mereka belum merasakan bagaimana indah dan nikmatnya kemerdekaan, yang dalam beberapa bulan mendatang bakal memasuki usia ke 78 tahun.

Bagi seorang Mang Dadang, seorang buruh tani di Desa Pada Asih, Hambawang, Congeang, Sumedang, misalnya, 78 tahun Indonesia merdeka, rupanya belum membawa perbaikan kualitas hidup yang berarti bagi keluarganya. Banyak rekan-rekan sedesanya, yang hidup hanya sekedar menyambung nyawa. Hidup sejahtera, seperti yang disampaikan para pejabat, masih belum terasakan.

Yang sering membuat mereka bertanya-tanya adalah kapan Pemerintah hadir di tengah kehidupan mereka yang sengsara untuk mengangkat kehidupannya ke arah ysng lebih pantas disebut selaku warga bangsa yang merdeka. Mengapa Pemerintah tidak cepat-cepat mencari akar masalahnya untuk menjawab pertanyaan, mengapa di satu sisi ada warga bangsa yang hidupnya bergelimang harta kekayaan, namun di sisi lain ada juga warga bangsa yang kehidupannya masih memilukan ?

Inilah pekerjaan rumah kita bersama sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Jeritan kaum miskin sudah sepatutnya menyadarkan kita bersama, pembangunan yang kita lakoni selama ini, ternyata belum mampu mempersempit ketimpangan antara penikmat fan korban pembangunan. Pemerataan seperti yang tidak senada dengan pertumbuhan ekonomi yang diraih. Pertumbuhan baik, tidak menjamin pemerataan semakin berkualitas.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Muhasabah Diri

Semangat SubuhSabtu, 5 oktober 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUHASABAH DIRI Saudaraku,Kadangkala dalam seharian kehidupan kita tak sadar ada tutur kata

Read More »

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *