5 October 2024 20:17
Berita Nasional

Festival Kurikulum Merdeka Hadirkan Cerita Menarik dari Berbagai Daerah di Indonesia

Festival Kurikulum Merdeka Hadirkan Cerita Menarik dari Berbagai Daerah di Indonesia

HIBAR PGRI-Festival Kurikulum Merdeka yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menghadirkan cerita-cerita menarik dari pelaksanaan Kurikulum Merdeka pada satuan pendidikan di berbagai wilayah di Indonesia. Cerita tersebut dihadirkan dalam sesi dialog yang dilakukan secara hybrid, untuk menginspirasi para peserta dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
 
Memandu acara dialog, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PDM), Iwan Syahril, menyampaikan bahwa Kurikulum Merdeka itu adaftif, fleksibel, dan fokus kepada murid. “Arah perubahan kurikulum yang termuat dalam Merdeka Belajar Episode 15 ini adalah struktur kurikulum yang adaftif di berbagai kondisi daerah di Indonesia, lebih fleksibel, fokus pada materi yang esensial, memberikan keleluasaan bagi guru menggunakan berbagai perangkat aja sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta fokus kepada murid,” ujar Iwan saat memulai dialog inspiratif dalam Festival Kurikulum Merdeka di Kantor Kemendikbudristek, Jakarta, pada Selasa (27/06).
 
Dalam dialog ini, hadir empat narasumber dari berbagai pemangku kepentingan yaitu guru SD Negeri Butuh I Kabupaten Kediri, Eka Nurviana Fatmawati; Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Muhammad Anhar; siswi SMA Negeri 3 Penajam Paser Utara, Sabrina Ramadhani; dan Sri Rahayu dari Komunitas Sidina sebagai perwakilan orang tua.
Eka Nurviana menuturkan, melalui Kurikulum Merdeka, ia mengajar Matematika dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila. Eka mengemas pembelajaran melalui permainan yang dilakukan secara bergotong royong oleh siswanya.   
 
“Untuk mata pelajaran Matematika, saya mengajak anak-anak untuk mereview pembelajaran melalui permainan Math Stacko. Saya juga memberikan tantangan lain yaitu gambar misteri yang harus disimpan secara gotong royong,” ujar Eka.
 
Sebelumnya Eka membuat bermacam macam soal dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Jadi siswa akan memilih sendiri kira-kira soal mana yang bisa dikerjakan, tetapi memilihnya sesuai dengan warna yang diambil pada menara Math Stacko. “Pada asesmen formatif kali ini, saya lebih banyak tekanan pada pemberian umpan balik dan refleksi terhadap kesulitan yang dihadapi oleh siswa,” tutur Eka.
Sementara itu, Muhammad Anhar menceritakan bagaimana Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan beradaptasi pada program Merdeka Belajar, salah satunya Kurikulum Merdeka. “Ketika kita dalami, ini sangat sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara di mana pendidikan itu memerdekakan dan menyelamatkan. Jadi tidak berpikir panjang lagi, kami mencoba beradaptasi dengan program Merdeka Belajar ini,” ujar Anhar.
 
Di Kabupaten Hulu Tengah, Anhar menyampaikan sanksi membuat regulasi untuk mendukung Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan dengan menempatkan satu komunitas di setiap sekolah. “Di setiap sekolah sudah ada komunitas yaitu guru dan agen perubahan. Satu agen perubahan di dalam komunitas belajar tersebut, yang nanti menggerakkan guru-guru lain, karena untuk menciptakan siswa yang bisa belajar sepanjang hayat diperlukan guru yang juga belajar sepanjang hayat,” ungkapnya.
 
Anhar meyakini, bahwa Kurikulum Merdeka ini merupakan titik awal bagi Kabupaten Hulu Tengah untuk mencapai cita-cita pendidikan yang sejalan dengan filosopi Ki Hajar Dewantara. “Saya mengajak pemerintah daerah agar lebih cepat beradaptasi dengan program-program yang sudah ada dan yakinlah bahwa Kemendikbudristek memiliki pandangan yang lebih luas dan lebih jauh tentang pendidikan di Indonesia,” ujar Anhar.
Sementara itu, Sabrina yang merupakan murid kelas X SMA Negeri 3 Penajam Paser, menyampaikan pelaksanaan pembelajaran melalui Kurikulum Merdeka pada mata pelajaran kewirausahaan dengan memanfaatkan lingkungan. Pada proyek P5, Sabrina memilih menanam Kangkung dengan memanfaatkan tanah yang cukup subur.
 
“Kami memilih tema agribisnis di mana kami tidak hanya belajar menjadi seorang wirausaha, tetapi juga belajar mengolah tanah untuk dijadikan lahan pertanian,” ungkap Sabrina.
 
Sabrina menuturkan, dengan menanam kangkung, ia dan menembak bisa memanen kangkung dua kali selama proyek P5 dilaksanakan, sehingga secara ekonomis ia akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. “Dalam proyek ini tolak ukur dari saya adalah adanya peningkatan kolaborasi kami dalam kelompok juga mencapai target penjualan, namun di sini kami mungkin belum mencapai target penjualan tetapi kolaborasi kami sudah berkembang,” terang Sabrina.(*)
 

Muhasabah Diri

Semangat SubuhSabtu, 5 oktober 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUHASABAH DIRI Saudaraku,Kadangkala dalam seharian kehidupan kita tak sadar ada tutur kata

Read More »

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *