7 October 2024 11:24
Opini dan Kolom Menulis

PRODUKSI MENINGKAT, AKANKAH PETANI SEJAHTERA ?

PRODUKSI MENINGKAT, AKANKAH PETANI SEJAHTERA ?

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Anggapan jika produksi pertanian, khususnya usahatani padi meningkat, maka kesejahteraan petani padinya, otomatis akan membaik, rupanya tidak selamanya benar. Data Badan Pusat Statistik (BPS) malah menyebut, peningkatan produksi padi yang meningkat secara signifikan, bahkan surplus, ternyata tidak diikuti dengan semakin membaiknya kesejahteraan petani padinya.

Mengacu kepada Nilai Tukar Petani (NTP) padi, sebagaimana yang dirilis BPS, produksi padi yang meningkat, rupanya tidak diikuti dengan semakin membaiknya tingkat kesejahteraan petani secara signifikan. Yang terjadi, kesejahteraan petani justru seperti yang “jalan ditempat”. NTP padi tetap berkisar antara 97 -107. Data ini menunjukkan petani padi kita masih belum layak disebut sejahtera.

Memang, banyak pihak yang menuding NTP terlalu sederhana dalam mengukur tingkat kesejahteraan petani. Membandingkan apa yang diperoleh dengan yang dikeluarkan petani, sepertinya sudah tidak cocok untuk menyimpulkan kesejahteraan petani. Dalam suasana kekinian, sangat banyak faktor yang mempengaruhi kesejahteraan petani.

Itu sebabnya, kalau kita mau menilai kesejahteraan petani, sebaiknya digunakan metode dan pengukuran yang lebih utuh dan komprehensif lagi. Disinilah keterlibatan para pakar statistik dan sosial ekonomi pertanian sangat dimintakan. Kita berharap agar mereka dapat merumuskan pendekatan yang lebih nyata dalam mengukur tingkat kesejahteraan petani.

Beberapa tahun lalu, sepertinya ada kehedak dari para guru besar di berbagai Perguruan Tinggi yang menekuni disiplin ilmu pertanian untuk membahas ukuran kesejahteraan petani ini. Sayang, hingga kini kita tidak pernah mendengar kabar beritanya lagi. Pencarian ukuran baru kesejahteraan petani, terus diikhtiarkan. BPS tetap saja menggunakan NTP sebagai satu-satu nya ukuran kesejahteraan petani.

Banyak alasan yang dapat disampaikan, mengapa peningkatan produksi pertanian, tidak serta merta diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan petaninya. Salah satunya, karena pendapatan petani akan meningkat, jika petani memperoleh harga yang wajar, pada saat panen raya berlangsung. Situasi yang demikian, hampir tidak pernah terjadi. Petani selalu mendapat harga yang rendah.

Atas hal yang demikian, wajar jika setiap panen raya terjadi, petani selalu menjual hasil panennya dengan tingkat harga yang rendah. Ini berarti, sekalipun produksi meningkat, namun harga jual di tingkat petani melorot, maka harapan petani untuk meraih hidup sejahtera, kelihatannya masih berupa pepesan kosong. Petani tetap merugi dan terjebak dalam suasana hidup miskin.

Hal inilah yang menjadi penyebab, naiknya produksi tidak menjamin petani bakal hidup sejahtera. Oleh karenanya, sangat beralasan, jika kita ingin menjadikan petani sejahtera, maka salah satu jalan pemecahannya adalah sampai sejauh mana Pemerintah mampu mengendalikan harga di tingkat petani agar pada saat produksi berlimpah, harga gabah atau beras di tingkat petani, tetap memberi keuntungan yang wajar bagi petani.

Untuk itu menjadi sangat penting agar Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan di tingkat Pusat atau Dinas Pertanian dan Dinas Perdagangan di Daerah, mampu menyiapkan regulasi yang terkait dengan kebijakan harga agar senantiasa memberi keuntungan bagi petani. Sinergitas dan kolaborasi antar lembaga Pemerintah, BUMN, kalangan dunia usaha dan komunitas petani mutlak untuk digarap dengan serius.

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah dan Beras, tidak menjamin harga yang terjadi di tingkat petani akan memberi keuntungan maksimal bagi petani. Dengan kekuatan tawar yang lemah, para petani tidak mungkin mampu mengintervensi pasar agar menentukan harga yang wajar. Yang sering terjadi, para petani malah menjadi permainan para bandar atau tengkulak dalam penetapan harga itu sendiri. Anjlok atau tidaknya harga, sangat ditentukan oleh kiprah para bandar dan tengkulak itu sendiri.

Dalam kondisi seperti ini, sebetulnya petani sangat berharap agar Pemerintah hadir di tengah kesusahan petani. Pemerintah harus mampu melahirkan solusi cerdas supaya fenomena melorotnya harga gabah dan beras di saat produksi berlimpah, tidak terus-terusan berlangsung dalam kehidupan para petani. Sayang, hingga kini, harapan petani yang demikian belum terwujud. Petani tetap saja menjadi permainan para bandar atau tengkulak.

Kemauan politik untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan petani, sesungguhnya telah mengumandang sejak lama. Setiap Pemerintahan yang manggung di negeri ini sepakat petani harus ditingkatkan martabat kehidupannya. Anehnya, seiring dengan menggemanya kemauan politik tersebut, ternyata dalam penerapan kebijakan dan programnya, belum ada satu pun yang manjur untuk membebaskan petani dari kemiskinan.

Catatan kritis yang dapat kita diskusikan adalah ada apa sebenarnya dengan dunia petani di negeri ini ? Mengapa para pengambil kebijakan seperti yang kesulitan membebaskan petani, khususnya petani berlahan sempit dari belenggu kemiskinan yang menjeratnya ? Lalu, pada kemana para pakar yang selama ini bergelut dengan petani itu sendiri ? Kenapa mereka seperti yang berdiam diri ?

Upaya meningkatkan kesejahteraan petani dengan hanya menggenjot produksi setinggi-tingginya, rupanya belum membuahkan hasil yang diharapkan. Petani di negeri ini, tetap saja hidup sengsara. Dalam beberapa tahun terakhir, produksi padi terbukti meningkat cukup signifikan, bahkan surplus. Anehnya, kesejahteraan petani seperti yang tidak beranjak.

Begitulah dunia petani di Tanah Merdeka. Banyak keanehan yang terjadi dalam kehidupan kesehariannya. Petani selalu saja digambarkan selaku warga bangsa yang kurang beruntung dalam melakoni pembangunan. Petani sering dilukiskan sebagai anak bangsa korban kebijakan. Bahkan produksi pertanian yang meningkat pun tidak menjadikan petani sejahtera dan bahagia. Memilukan sekali !

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Untuk Anak-anakku

BERBAGI NASIHAT SHUBUHSenin, 7 Oktober 2024 BismillahirahmanirahimAssallamu’alaikum wrm wbrkt Saudaraku…Ada baiknya tulisan ini dikirim kepada anak2 kita (In-syaa-ALLAH baik untuk

Read More »

“LIANG COCOPET”

“LIANG COCOPET” OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA “Liang Cocopet” adalah ungkapan umum dalam kehidupan masyarakat. Tatar Sunda, yang intinya menggambarkan tempat

Read More »

Tanda Terimanya Sebuah Amal

MUHASABAH AKHIR PEKANMinggu, 6 Oktober 2024 TANDA DITERIMANYA SUATU AMAL BismillahirrahmanirrahiimAssalamu’alaikum wr wbrkt… Saudaraku,Perlulah kita ketahui bahwa tanda diterimanya suatu amalan adalah apabila

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *