30 November 2024 23:26
Berita Daerah

Peringatan Hari Thalasemia se-Dunia, Kang DS Akan Berikan Pelayanan Istimewa Bagi Penderita Thalasemia

Peringatan Hari Thalasemia se-Dunia, Kang DS Akan Berikan Pelayanan Istimewa Bagi Penderita Thalasemia

HIBAR PGRI- Sejumlah anak penderita thalasemia hadir pada kegiatan memperingati Hari Thalasemia Sedunia (World Thalasemia Day) dengan tema Strengthening Education to Bridge The Thalassemia Care Gap yang dilaksanakan di Halaman Gedung  Alamanda RSUD Majalaya Jalan Raya Cipaku Desa Cipaku Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung, Sabtu (3/6/23).
 
Mereka hadir dengan wajah ceria, dan berharap bisa melewati proses pelayanan medis transfusi darah bagi para penderita thalasemia dan kembali sehat. Kegiatan tersebut dalam upaya penguatan edukasi untuk menjembatani kesenjangan perawatan thalasemia menuju Bandung Bedas. 
 
Bupati Bandung Dr. HM. Dadang Supriatna didampingi Bunda Bedas Kabupaten Bandung, Hj. Emma Dety Dadang Supriatna turut memberikan motivasi dan semangat, serta berharap bahwa anak-anak penderita thalasemia  yang secara rutin menjalani pelayanan medis di RSUD Majalaya yang mencapai 130 orang dengan usia 1 sampai 37 tahun bisa sembuh.
 
Bupati Bandung Dadang Supriatna meyakini bahwa setiap penyakit yang diderita manusia pasti ada obatnya.  
“Saya optimis, Allah SWT  memberikan penyakit, pasti ada obatnya. Jika Allah SWT memberikan jalan terbaik, insya Allah penderita thalasemia akan sembuh. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan jalan terbaik yang kita tak pernah tahu. Mudah-mudahan dengan adanya upaya dan ikhtiar, akan mengurangi angka penderita  thalasemia, dan zero thalasemia di Kabupaten Bandung,” tutur Dadang Supriatna.
 
Bupati Bandung menyebutkan ada ratusan kasus thalasemia di Kabupaten Bandung, sehingga pihaknya meminta informasi dari RSUD Majalaya untuk ditindaklanjuti pelaksanaan program pemeriksaan screening thalasemia. Karena sebelumnya, kata dia, belum dilaksanakan pemeriksaan screening, untuk mendeteksi lebih dini para penderita thalasemia. 
“Tolong sampaikan informasinya kepada kami. Kami akan membuat perencanaan untuk dilaksanakan program pemeriksaan screening thalasemia di RSUD Majalaya ini. Maka saya siap untuk menganggarkannya di APBD Perubahan nanti. Akan saya lebih prioritaskan, nanti insya Allah di APBD Perubahan,” katanya.
 
Dadang mengatakan program  screening ini bertujuan untuk mendeteksi lebih dini warga yang diketahui menderita thalasemia.
“Misalnya dalam satu lingkungan belum terdeteksi menderita thalasemia, dengan pemeriksaan screening bisa kelihatan,” kata Bupati.
 
Kang DS, sapaan akrab Dadang Supriatna menyebutkan bahwa thalasemia merupakan penyakit keturunan, sehingga harus dan wajib diketahui secara dini. 
“Ini merupakan kewajiban pemerintah, dokter, apalagi para relawan thalasemia dan para orang tua anak penderita thalasemia jangan bosan-bosan memberikan edukasi kepada masyarakat,” tuturnya. 
 
Kang DS juga turut memberikan pelayanan istimewa kepada para penderita thalasemia, di antaranya kepada lulusan SMA yang ingin melanjutkan kuliah, pihaknya bisa memberikan beasiswa. Kang DS juga berusaha untuk memprioritaskan anak-anak thalasemia lulusan SD, yang ingin melanjutkan sekolah ke SMP, kemudian lulusan SMP ke SMA, diprioritaskan di sekolah negeri. 
“Para orang tuanya untuk menyampaikan informasi anaknya yang lulusan SMA untuk mendapatkan beasiswa guna  melanjutkan kuliah di perguruan tinggi,” katanya. 
Tak hanya itu, imbuh Kang DS, keluarga thalasemia dengan ekonomi kurang mampu, bisa mendapatkan bantuan modal untuk para orang tuanya. “Dalam rangka mendapatkan penghasilan setiap harinya. Saya minta data keluarga yang ada kasus thalasemia. Ini dalam upaya pemerintah hadir memberikan yang terbaik kepada masyarakat,” tuturnya. 
 
Sementara itu, Direktur RSUD Majalaya Dr. Hj. Yuli Irnawaty Mosjasari, M.M., mengatakan adanya pasien thalasemia dan orang tua hebat yang selalu mendampingi anak-anaknya untuk  mendapatkan pelayanan kesehatan di RSUD Majalaya, membuat pihak rumah sangat semangat untuk memberikan pelayanan kepada mereka. Para pasien penderita thalasemia itu mendapatkan pendampingan atau bantuan dari para relawan. 
“Indonesia angka thalasemia tertinggi di dunia. Bandung Raya, merupakan tertinggi di Jabar. Kabupaten  Bandung tertinggi di Bandung Raya. Sekitar 5 persen kelahiran membawa sifat thalasemia,” ujar Yuli.
 
Ia menyebutkan di RSUD Majalaya ada 130 pasien thalasemia yang mendapatkan pelayanan di rumah sakit tersebut dengan usia 1 tahun sampai 37 tahun. 
“Mereka ada yang seminggu sekali transfusi, dua minggu sekali, ada juga sebulan sekali,” kata Yuli.
Ia berharap para penderita thalasemia bisa hidup berkualitas, seperti warga lainnya.
“Thalasemia bukan penyakit menular, tapi diturunkan dan  belum dapat disembuhkan. Tapi dapat dicegah, sehingga bersama-sama  mengurangi dan mencegah gejala thalasemia itu. Kita harus sadar gejala thalasemia. Bagaimana thalasemia bisa diturunkan dengan mencegah pernikahan dengan sesama pembawa sifat thalasemia,” tutur Yuli.
 
Ia mengatakan untuk mengetahui gejala thalasemia itu, di antaranya dengan cara melakukan screening terhadap bayi yang baru lahir dan jelang pernikahan. Termasuk screening saudara sekandung.
“Untuk mengurangi penderita thalasemia, kita harus mencegah pernikahan dengan sesama pembawa sifat thalasemia. Diharapkan tidak menikah, dengan sesama pembawa sifat thalasemia  karena akan melahirkan anak pembawa sifat yang sama,” katanya.
 
Yuli berharap ada kesadaran masyarakat dan kepedulian seluruh stakeholder dan keluarga, untuk memutus penurunan mata rantai thalasemia.***(imn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *