4 July 2024 10:49
Opini dan Kolom Menulis

37,65 Juta Ton Beras

37,65 JUTA TON BERAS

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Walau hanya tinggal sekitar satu tahun lagi Presiden Jokowi menakhkodai negara dan bangsa ini, namun Menteri Pertanian DR.Ir. H Amran Sulaiman MP, yang baru saja dilantik akhir Oktober 2023, terlihat banyak melakukan gebrakan-gebrakan yang sifatnya optimis. Salah satunya, Bang Amran menargetkan agar produksi beras 2024 dapat mencapai 37,65 juta ton.

Sikap optimis seperti ini, mestinya mampu merasuk dalam nurani setiap pemimpin di negeri ini. Bangsa ini, tentu akan kecewa berat, bila menyaksikan pemimpinnya yang cengeng dan menyerah kepada keadaan. Bang Amran tahu persis bagaimana sebetulnya kondisi dunia perberasan saat ini. Terlebih dengan adanya El Nino yang membuat kegagalan panen di berbagai daerah.

Situasi perberasan nasional dalam beberapa waktu belakangan ini, tampak berada dalam suasana yang sedang tidak baik-baik saja. Produksi yang cenderung menurun cukup signifikan, membuat para penentu kebijakan sektor pertanian menjadi was-was dibuatnya. Belum lagi terjadinya kenaikan harga beras di pasar yabg terkesan ugal-ugalan. Pemerintah sendiri, terkesan tidak mampu menanganinya dengan segera.
Kondisi seperti ini, jelas tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Untuk mencari jalan keluarnya, Pemerintah perlu proaktif dalam menjawabnya. Pemerintah tidak boleh lagi memposisikan diri sebagai “pemadam kebakaran”. Tapi, kini sudah waktunya Pemerintah menerapkan pendekatan “deteksi dini”, sebagai pengganti pola pemadam kebakaran.

Penurunnya produksi padi yang cukup terukur ini, mestinya tidak perlu terjadi, sekiranya kita berani melakukan pendekatan deteksi dini. Lewat pendekatan ini, kita dapat mengantisipasi hal-hal apa saja yang perlu memperoleh penanganan dengan cepat. Kalau hal ini dapat ditempuh, tentu tidak perlu terjadi masalah yang muncul secara mendadak.

Target meraih produksi beras tahun 2024 sebesar 37,65 juta ton, bukanlah hal yang mudah untuk diraih. Tidak juga seperti tukang sulap yang hanya dengan mengucapkan “sim sala bim”, maka dari tanganya muncul seekor burung pipit. Atau tidak segampang para Aparat Sipil Negara yang setiap awal bulan di rekeningnya sudah masuk gaji bulanannya.

Target 37,65 juta ton beras, bukan juga sebagai keinginan yang ambisius. Harapan ini, tentu masih bisa dicapai, sekiranya kita mampu menelorkan kebijakan dan program yang bersifat “terobosan cerdas”. Kebijakan masa lalu yang cenderung konvensional, jangan dipakai lagi. Sinergi, kolaborasi dan koordinasi yang berkualitas, mutlak dikembangkan.

Menggenjot produksi padi di tengah sergapan El Nino, jelas membutuhkan kerja keras dan kerja cerdas dari segenap komponen bangsa yang terlibat dalam urusan ini. Bagaimana pun susahnya kita menambah luas tanam, namun hak itu tetap harus ditempuh dan diprioritaskan dalam penangananny. Selain itu, langkah percepatan masa tanam pun, sangat penting untuk dilakukan.

Menyambut 2024 sebetulnya, Pemerintahan Jokowi/Maruf Amin, secara de jure tinggal memiliki dua atau tiga kali lagi musim tanam dan musim panen. Pertama masa tanam Oktober-Maret dan kedua, April-September 2024. Setelah nya bangsa ini akan memiliki pemimpin bangsa baru berdasar pada hasil Pemilihan Presiden tanggal 14 Pebruari 2024 nanti.

Dengan hanya melakukan dua kali musim tanam, kita dituntut untuk dapat menghasilkan produksi beras sebesar 37,65 juta tin. Pertanyaan kritisnya adakah apakah sekarang kita sudah memiliki Panduan Pencapaian Produksi Beras 37,65 juta ton tahun 2024 ? Jawaban ini penting, karena yang namanya Panduan merupakan “buku pinter” untuk menggapai target yang ditetapkan.

Dalam tahap awal Kementerian Pertanian akan mengundang para Kepala Dinas Pertanian seluruh Indonesia, baik tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota, untuk memahami target Pemerintah mencapaiv37,65 juta ton beras 2024. Saat pertemuan tersebut akan lebih keren, Panduan itu sudag disampaikan kepada semua peserta pertenuan.

Ingat, Kementerian Pertanian perlu menjelaskan, langkah pencapaian ini, lazimnya hanya akan ditempuh melalui dua kali musim tanam sebagaimana yang dijelaskan diatas. Itu sebabnya, Panduan yang dibagikan harus secara rinci menyampaikan Roadmap pelaksanaannya. Panduan itu pun secara terukur menggambarkan kebutuhan bibit/benih, pupuk, irigasi/pengairan, penanganan HPT, Penyuluhan Pertanian dan lain sebagainya.

Menjelang selesainya Gubernur dan Bupati/Walikota dan sejak 2024 bakal digantikan oleh Pj. Gubernur dan Pj. Bupati/Walikota, ada beberapa daerah yang melakukan pergantian Kepala Perangkat Daerah, termasuk Dinas Pertanian. Hal ini penting diantisipasi, seandainya Kepala Dinas yang baru tergolong orang yang bukan berbasis dan berpengalaman sektor pertanian.

Menghadapi hal seperti ini ada baiknya dievaluasi Kepala Dinas mana saja yang terbilang lama dan langsung “on” dengan pengejaran target 37,65 juta ton beras dan Kepala Dinas Pertanian mana yang baru. Beda perlakuan ini penting ditempuh, agar yang tertuang di atas kertas dapat seirama dengan pelaksanannya di lapangan. Tanpa data yang akurat, kita akan kesulitan mengejar target diatas.

Kini pokok masalahnya sudah mulai tergambarkan. Apa pun masalahnya dan bagaimana pun tantangan yang menghadang, kita perlu berjuang keras agar produksi beras tidak boleh turun. Sebab, kalau turun, jelas akan mengganggu ketersediaan yang kita miliki. Bila ketersediaan terusik otomatis akan melemahkan ketahanan pangan bangsa dan negara.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Jangan Sembunyikan Ilmumu

WASILLAH SHUBUHKamis, 4 Juli 2024. BismillahirahmanirahimAssallamu’alsikum wr wbrkt JANGAN SEMBUNYIKAN ILMUMU. Saudaraku…Ketika saya menyampaikan postingan tentang agama, itu tidak berarti

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *