DUA KEGELAPAN
Dede Ridwan,S.Pdi
Ketika menafsirkan QS. Al-Hadid ayat 12 dan 13, Imam Ibnu Katsir mengutip riwayat dari Ibnu Abi Hatim tentang nasihat yang pernah disampaikan oleh sahabat Abu Umamah al-Bahili ra. sebagai berikut:
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّكُمْ قَدْ أَصْبَحْتُمْ وَأَمْسَيْتُمْ فِي مَنْزِلٍ تَقْتَسِمُونَ فِيهِ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، وَتُوشِكُونَ أَنْ تَظْعَنُوا مِنْهُ إِلَى مَنْزِلٍ آخَرَ، وَهُوَ هَذَا-يُشِيرُ إِلَى الْقَبْرِ-بَيْتُ الْوَحْدَةِ، وَبَيْتُ الظُّلْمَةِ، وَبَيْتُ الدُّودِ، وَبَيْتُ الضِّيقِ، إِلَّا مَا وَسَّعَ اللَّهُ، تَنْتَقِلُونَ مِنْهُ إِلَى مُوَاطِنِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، … ثُمَّ تَنْتَقِلُونَ مِنْهُ إِلَى مَنْزِلٍ آخَرَ فَتَغْشَى النَّاسَ ظُلْمَةٌ شَدِيدَةٌ، ثُمَّ يُقَسَّمُ النُّورُ فَيُعْطَى الْمُؤْمِنُ نُورًا وَيُتْرَكُ الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُ فَلَا يُعْطَيَانِ شَيْئًا
“Hai manusia, sesungguhnya kamu di pagi hari dan petang hari berada di suatu tempat yang di dalamnya kamu berbagi amal kebaikan dan keburukan. Dan sudah dekat masanya bagi kalian akan pergi meninggalkannya menuju ke suatu tempat lain, yaitu alam kubur ini —seraya berisyarat ke arah kubur—yaitu rumah kesendirian, rumah kegelapan, dan rumah ulat serta rumah kesempitan terkecuali apa yang diluaskan oleh Allah. Kemudian kamu akan berpindah lagi darinya menuju ke tempat-tempat hari kiamat. … Kemudian kamu berpindah lagi darinya menuju ke tempat lain, dan semua manusia diselimuti oleh kegelapan yang sangat pekat; kemudian cahaya dibagikan. Maka orang mukmin mendapat cahayanya, sedangkan orang kafir dan orang munafik tidak diberi sama sekali dari cahaya itu.” (Ibnu Katsir, 8/16)
Sahabat Abu Umamah al-Bahili menjelaskan bahwa akan ada dua tempat yang sangat gelap yang akan kita lalui, *pertama* : alam kubur dan *kedua* : suatu tempat yang akan dilewati sebelum _shirat_ (jembatan yang dipasang diatas neraka).
*Untuk yang pertama, yaitu kegelapan di alam kubur* . Di alam kubur semua manusia akan diselimuti oleh kegelapan, sehigga sangat dibutuhkan cahaya. Dan tidak ada cahaya di alam kubur kecuali cahaya dari Allah swt. oleh karena itu Rasulullah saw mengajarkan kepada kita sebuah do`a memohon kepada Allah supaya diberi cahaya di alam kubur :
اجْعَلْ لِي نُورًا فِي قَبْرِي..
Jadikanlah cahaya di kuburku,.. (Musnad Al-Bazzar, 5234)
Bahkan Rasulullah saw mengajarkan sebuah do`a yang bisa kita panjatkan untuk saudara kita yang baru wafat :
وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ،
Luaskanlah kuburnya
وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ
Berilah cahaya di dalamnya (HR. Muslim: 920, Dari Ummu Salamah ra.)
Ketika seseorang diberi cahaya di alam kuburnya, maka dia berada dalam ni`mat kubur dan keselamatan dari azab kubur. Sebaliknya, ketika dia tidak diberi cahaya, itulah diantara bentuk siksaan, yaitu kegelapan dan kesempitan di alam kubur. _Na`uudzu billah_ .
Maka ikutilah cahaya Allah (Al-Qur`an dan As-Sunnah) di dunia, pasti cahaya itu akan diberikan di akhirat. Siapa yang tidak mengikuti cahaya Allah (al-Qur`an dan As-Sunnah) dalam kehidupan dunia ini, maka dia tidak akan mendapat cahaya di akhirat kelak.
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya: Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-An`am: 122)
Alam kubur juga merupakan _baitul wahdah_ (rumah kesendirian), tidak ada yang sudi menemani kita dialam kubur padahal kita sangat membutuhkan teman. anak, istri, saudara, teman dan semua orang yang pernah membersamai kita di dunia tidak akan menemani kita di alam kubur. Hanya ada satu teman yang rela dan sudi menemani kita di alam kubur, yaitu amal shaleh kita sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut:
قَالَ: ” وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ، حَسَنُ الثِّيَابِ، طَيِّبُ الرِّيحِ، … فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ،
…Beliau saw bersabda: Kemudian setelah itu dia akan didatangi oleh seorang laki laki yang bagus wajahnya, indah pakaiannya dan harum baunya…kemudian dia berkata : aku adalah amal shalehmu. (HR. Ahmad: 18534)
Kemudian, *untuk yang kedua, yaitu kegelapan sebelum melewati shirat* . Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh sahabat Ibnu Abbas ra:
بَيْنَمَا النَّاسُ فِي ظُلْمَةٍ إِذْ بَعَثَ اللَّهُ نُورًا فَلَمَّا رَأْي الْمُؤْمِنُونَ النُّورَ تَوَجَّهُوا نَحْوَهُ، وَكَانَ النُّورُ (2) دَلِيلًا مِنَ اللَّهِ إِلَى الْجَنَّةِ، فَلَمَّا رَأَى الْمُنَافِقُونَ الْمُؤْمِنِينَ قَدِ انْطَلَقُوا اتَّبَعُوهُمْ، فَأَظْلَمَ اللَّهُ عَلَى الْمُنَافِقِينَ، فَقَالُوا حِينَئِذٍ: {انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ} فَإِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ فِي الدُّنْيَا. قَالَ الْمُؤْمِنُونَ: {ارْجِعُوا} مِنْ حَيْثُ جِئْتُمْ مِنَ الظُّلْمَةِ، فَالْتَمِسُوا هُنَالِكَ النُّورَ.
bahwa ketika manusia berada di dalam kegelapan hari kiamat, maka Allah mengirimkan cahaya. Ketika orang-orang mukmin melihat adanya cahaya, mereka bergerak menuju ke arah cahaya itu. Dan cahaya itu adalah petunjuk dari Allah yang menuntun ke arah surga. Dan ketika orang-orang munafik melihat orang-orang mukmin berangkat, maka mereka mengikutinya, lalu Allah menjadikan orang-orang munafik dalam kegelapan, kemudian mereka berkata saat itu; Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu. (Al-Hadid: 13) karena sesungguhnya kami selalu bersama kalian sewaktu di dunia. Maka orang-orang mukmin berkata: Kembalilah kamu ke belakang. (Al-Hadid: 13) ke tempat kamu datang yang dalam kegelapan dan carilah cahaya di sana.
… وَأَمَّا عِنْدَ الصِّرَاطِ فَإِنَّ اللَّهَ يُعْطِي كُلَّ مُؤْمِنٍ نُورًا، وَكُلَّ مُنَافِقٍ نُورًا، فَإِذَا اسْتَوَوْا عَلَى الصِّرَاطِ سَلَبَ اللَّهُ نُورَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ فَقَالَ الْمُنَافِقُونَ: {انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ} وَقَالَ الْمُؤْمِنُونَ: {رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا} [التَّحْرِيمِ: 8] . فَلَا يَذْكُرُ عِنْدَ ذَلِكَ أَحَدٌ أَحَدًا”
Tetapi di hadapan sirat maka sesungguh¬nya Allah memberi cahaya kepada tiap-tiap orang mukmin dan juga tiap-tiap orang munafik pun diberi cahaya. Dan apabila mereka semuanya berada di atas sirat, maka Allah mencabut cahaya orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. Maka orang-orang munafik berkata, “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu.” Orang-orang mukmin berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, ” maka pada saat itu tiada seorang pun yang ingat kepada orang lain. (Tafsir Ibnu Katsir, 8/17). At-Thabrani.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa:
لَيْسَ لِأَحَدٍ إِلَّا يُعْطَى نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَإِذَا انْتَهَوْا إِلَى الصِّرَاطِ طُفِئَ نُورُ الْمُنَافِقِينَ، فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ الْمُؤْمِنُونَ أَشْفَقُوا أَنْ يُطْفَأَ نُورُهُمْ كَمَا طُفئ نُورُ الْمُنَافِقِينَ، فَقَالُوا: رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Tiada seorang pun melainkan diberi cahaya kelak di hari kiamat. Dan apabila mereka sampai di pinggir sirat, maka padamlah cahaya orang-orang munafik. Ketika orang-orang mukmin menyaksikan hal itu, mereka merasa takut cahayanya padam seperti yang terjadi pada orang-orang munafik. Maka berkatalah mereka, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” QS. At-Tahrim, 8 (Ibnu Katsir, 8/15)
Dari penjelasan diatas maka jelaslah bagi kita bahwa hanya orang-orang yang benar-benar beriman dan beramal shaleh lah yang akan diberi cahaya pada hari kiamat, selain mereka, semuanya ada dalam kegelapan dan berakhir di neraka. Akan tetapi orang-orang beriman yang diberi cahaya tersebut tidak sama kadar dan ukuran cahayanya. Karena semuanya akan dikembalikan kepada kwalitas keimanan dan amal shaleh masing-masing. Mereka berjalan di atas sirat, di antara mereka ada yang cahaya-nya seperti gunung (يَمُرُّونَ عَلَى الصِّرَاطِ، مِنْهُمْ مَن نُورُهُ مِثْلُ الْجَبَلِ). ada yang cahaya-nya seperti pohon kurma (مِثْلُ النَّخْلَةِ). dan ada yang nur-nya seperti seorang lelaki yang berdiri, (مِثْلُ الرَّجُلِ الْقَائِمِ) dan orang yang paling rendah cahaya-nya dari mereka adalah yang sebesar ibu jarinya, yang kadangkala menyala dan kadangkala padam. (مَن نُورُهُ فِي إِبْهَامِهِ يتَّقد مَرَّةً وَيُطْفَأُ مَرَّةً) Ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir. (Ibnu Katsir, 8/15)
Dan di antara orang-orang mukmin ada yang cahayanya hanya dapat menerangi tempat kedua telapak kakinya saja. (مَنْ يُضِيءُ نُورُهُ مَوْضِعَ قَدَمَيْهِ) (3) تفسير الطبري)(27/128)
Untuk mengakhiri pembahasan ini saya kutif hadis riwayat Imam al-Bukhari mengenai do`a yang biasa dipanjatkan oleh Rasulullah saw setiap malam sebelum beliau SAW berangkat ke Mesjid untuk shalat shubuh. Berikut do`a yang dimaksud:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا، وَفِي بَصَرِي نُورًا، وَفِي سَمْعِي نُورًا، وَعَنْ يَمِينِي نُورًا، وَعَنْ يَسَارِي نُورًا، وَفَوْقِي نُورًا، وَتَحْتِي نُورًا، وَأَمَامِي نُورًا، وَخَلْفِي نُورًا، وَاجْعَلْ لِي نُورًا
Yaa Allah, jadikanlah cahaya di dalam hatiku, cahaya pada penglihatanku, cahaya pada pendengaranku, cahaya di sebelah kannanku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya di atasku, cahaya di bawahku, cahaya di depanku, cahaya di belakangku, dan jadikanlah cahaya untukku’. (HR. Bukhari, 6316. Dari Ibnu Abbas ra) بَابُ الدُّعَاءِ إِذَا انْتَبَهَ بِاللَّيْلِ
Semoga dengan kita istiqamah berpegang kepada cahaya Allah swt dan berdo`a supaya diberi cahaya baik di dunia maupun di akhirat. Allah swt akan memberikan cahaya tersebut, sehingga di dunia ini kita tidak tersesat. Di alam kubur diberi cahaya dan di akhirat nanti mendapatkan cahaya-Nya yang akan terus mengarahkan sampai ke surga-Nya. aamiin.
Penyusun: Dede Ridwan. Sabtu, 10 Des 2022