2 November 2024 08:58
Opini dan Kolom Menulis

Allah Tidak Pernah Tidur Menyertai Pengalaman Pertama Ku

Cerpen: Allah  Tidak Pernah Tidur Menyertai Pengalaman Pertama Ku


Oleh Tana Saepudin SDN Dangdang 01 Kertasari

          Hari  telah menjelang petang saat saya meninggalkan sekolah. Telah lewat pukul 16.30 sore. Pekerjaan yang menumpuk ,hari itu merupakan hari pertamakali saya bekerja di tempat tugas yang baru, membuat saya harus pulang sesore ini. Saya beranjak keluar menghampiri sepeda motor kemudian saya hidupkan Ah, hari yang menjemukan saat itu. Terlebih, setelah beberapa saat berjalan dengan motor tuaku sejenak menengadah, tampak warna langit mendung. Rintik hujan mulai turun. Lengkap sudah, badan yang lelah ditambah dengan “acara” kehujanan.
           Setengah dipertengahan jalan saya mencari tempat berlindung. Untunglah, penjual baso ayam yang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda sederhana. Lumayan, pikir saya. Segera saya mematikan motor yang diparkir di pinggir tenda penjual mie ayam untuk berteduh, menjumpai bapak penjual yang sendirian ditemani rokok dan kompor gas yang masih menyala.
Dia menyilahkan saya duduk. “Disini saja dik, daripada kehujanan…,” begitu katanya saat saya meminta  ijin berteduh.
Benar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang pekat. Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, saya berkata, “tolong bikin mie ayamnya pak, di makan disini saja.
Sang Bapak tersenyum, dan mulai menyiapkanmie ayam yang akan dihidangkannya. Dia tampak sibuk. Bumbu dan sebuah mangkuk pun telah siap untuk di racik. Tampaklah pertunjukkan sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar.
Tangannya cekatan sekali meraih botol kecap dan segenap bumbu. Segera saja, mie ayam yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semula canggung mulai hilang. Basa-basi saya bertanya, “Wah hujannya tambah deras nih,ya pak?” Bapak itu menoleh kearah saya, dan berkata, “Iya dik, jadi sepi nih dagangan saya..” katanya sambil menghisap rokok dalam-dalam.
“Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?” kata saya, “Wah, rezekinya jadi berkurang dong ya?” Duh. Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja tak banyak yang membeli kalau hujan begini. Tentu, pertanyaan itu hanya akan membuat Bapak itu tambah sedih. Namun, agaknya saya keliru…
“Gusti Allah, henteu sare dik, (Allah itu tidak pernah istirahat), begitu katanya. “Rezeki saya ada dimana-mana. Saya malah senang kalau hujan begini. Istri sama anak saya di kampung pasti dapat air buat sawah. Yah, walaupun nggak lebar, tapi lumayan lah tanahnya.” Bapak itu melanjutkan, “bahkan Anak –anak  yang disini atau di kota pasti bisa ngojek payung kalau besok masih hujan…..”.
Degh. Duh, hati saya tergetar. Bapak itu benar, “Gusti Allah teu sare”. Allah Memang Maha Kuasa, yang tak pernah istirahat buat hamba-hamba-Nya. Saya rupanya telah keliru memaknai hidup. Filsafat hidup yang saya punya, tampak tak ada artinya di depan perkataan sederhana itu. Makna nya terlampau dalam, membuat saya banyak berpikir dan menyadari kekerdilan saya di hadapan Tuhan.
Saya selalu berpikiran, bahwa hujan adalah bencana, adalah petaka bagi banyak hal. Saya selalu berpendapat, bahwa rezeki itu selalu berupa materi, dan hal nyata yang bisa digenggam dan dirasakan. Dan saya juga berpendapat, bahwa saat ada ujian yang menimpa, maka itu artinya saya cuma harus bersabar. Namun saya keliru. Hujan, memang bisa menjadi bencana, namun rintiknya bisa menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah berkah bagi sawah-sawah yang perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namun derai itu pula yang menjadi harapan bagi sebagian henteung yang mengojek payung, atau mendorong mobil yang mogok.
Hmm…saya makin bergegas untuk menyelesaikan mie ayam itu. Beribu pikiran tampak seperti lintasan-lintasan cahaya yang bergerak di benak saya. “Ya Allah, Engkau Memang Tak Pernah Beristirahat” Untunglah, hujan telah reda, dan sayapun telah selesai makan.
Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yang teringat, Gusti Allah Henteu Sare….. Gusti Allah Henteu Sare…..
Begitulah, saya sering takjub pada hal-hal kecil yang ada di depan saya. Allah memang selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan kita dengan cara yang tak terduga. Selalu saja, Dia memberikan Cinta kepada saya lewat hal-hal yang sederhana. Dan hal-hal itu, kerap membuat saya menjadi semakin banyak belajar.
Dulu, saya berharap, bisa melewati tahun ini dengan hal-hal besar, dengan sesuatu yang istimewa. Saya sering berharap, saat saya bertambah usia, harus ada hal besar yang saya lampaui. Seperti tahun sebelumnya, saya ingin ada hal yang menakjubkan saya lakukan. Namun, rupanya tahun ini Allah punya rencana lain buat saya. Dalam setiap doa saya, sering terucap agar saya selalu dapat belajar dan memaknai hikmah kehidupan. Dan kali ini Allah pun tetap memberikan saya yang terbaik. Saya bersabar, tawakal tetap belajar, dan terus belajar, walaupun bukan dengan hal-hal besar dan istimewa.
20 Jan 23

Ikatan Iman yang Paling Kokoh

𝓑𝓲𝓼𝓶𝓲𝓵𝓵𝓪𝓪𝓱𝓲𝓻𝓻𝓪𝓱𝓶𝓪𝓪𝓷𝓲𝓻𝓻𝓪𝓱𝓲𝓲𝓶Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barokatuuh  Sabtu, 2 November 2024 / 30 Rabi’ul Akhir 1446 Ikatan Iman yang Paling Kokoh عن أبي عبدالله (عليه

Read More »

ANTARA KABUT DAN KAMU

ANTARA KABUT DAN KAMUOleh Sumarni Pagi yang berkabutDia begitu pongah. “Akulah penguasa jagat raya!”“Akulah….!”teriaknya begitu hebatKau hanya terdiam melihat semua

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *