16 March 2025 21:03
Opini dan Kolom Menulis

AKHIRNYA, BANSOS BERAS DILANJUTKAN !

AKHIRNYA, BANSOS BERAS DILANJUTKAN !

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

detik.finance merilis, Badan Pangan Nasional telah mengusulkan agar bantuan beras dilanjutkan pada 2025. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan perbedaan penyaluran bantuan beras dari sebelumnya yakni jumlah penerima.
Arief mengatakan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) bantuan beras pada 2025 turun menjadi 16 juta keluarga. Sementara sebelumnya mencapai 22 juta KPM.

Dibandingkan dengan bansos beras sebelumnya, jumlah beras yang dibutuhkan, jika program tersebut dilakukan 12 kali (1 tahun) dengan jumlah 10 kg beras per bulan bagi 22 juta rumah tangga penerima manfaat, maka dibutuhkan beras sebesar 2,64 juta ton. Sekarang diketahui jumlah penerima manfaat sebesar 16 juta rumah tangga, dengan komposisi yang sama dibutuhkan beras 1,92 juta ton.

Catatan kritisnya adalah bagaimana dengan kondisi produksi beras di dalam negeri ? Apakah produksi beras dalam negeri tahun depan akan mampu memenuhi kebutuhan beras dalam negeri ? Bukankah jika kita mengacu kepada data Kerangka Sampling Area (KSA) Badan Pusat Statistik, produksi beras tahun 2024 berkurang 760 ribu ton beras dibanding tahun 2023 ?

Lalu, bagaimana suasananya untuk tahun 2025 ? Apakah upaya menggenjot produksi beras bakal mencapai target yang diharapkan ? Atau nasibnya akan tidak jauh berbeda dengan yang terjadi tahun 2024 ? Data menunjukkan alih-alih produksi meningkat, malah yang terjadi produksi turun dengan angka cukup signifikan. Lagi-lagi terjadi paradoks perberasan.

Darurat beras yang kita alami sekarang, asal muasalnya terjadi, dikarenakan produksi beras dalam negeri melorot cukup signifikan. Pemerintah sendiri menuding, biang keroknya karena terjadinya iklim ekstrim sekelas El Nino. Akibatnya gagal panen tidak dapat dihindari, membuat produksi beras anjlok. Hitungan Pemerintah, gagal panen padi berkisar antara 380 ribu ton beras hingga 1,2 juta ton beras.

Dampak lain dari turunnya produksi beras dalam negeri, salah satunya membuat harga beras medium di pasar, mengalami kenaikan harga yang ugal-ugalan. Emak-emak pun kecewa berat dengan naiknya harga beras. Emak-emak meminta agar Pemerintah dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, mampu mengembalikan harga beras ke tingkat yang wajar.

Yang tak bisa kita hindari dengan terjadinya darurat beras adalah terjadinya impor beras dengan angka cukup fantastis dan spektakuler. Untuk jaga-jaga Pemerintah telah menyiapkan rencana impor beras sebesar 5 juta ton beras, guna mencukupi kebutuhan beras di dalam negeri, khususnya untuk penguatan cadangan beras Pemerintah dan program Bansos Beras.

Jelang Natal dan Tahun Baru, dapat dipastikan berbagai harga kebutuhan pokok, tampak mulai merangkak naik. Pelan tapi pasti, harga beras kembali bergerak naik. Secara fakta di lapangan, sangat tidak mungkin, jelang Natal dan Tahun Baru harga beras akan turun. Atas hal demikian, biasanya Emak-Emak akan meminta Pemerintah hadir di tengah kesusahan mereka.

Bayangkan, jika Pemerintah tidak menerapkan Program Bantuan Langsung Beras. Bagaimana 22 juta rumah tangga penerima manfaat akan memperoleh beras untuk menyambung nyawa kehidupan ? Lebih gawat lagi jika diketahui pula daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah melorot cukup signifilan dan kini tengah mengalami keterpurukan ?

Beras adalah kebutuhan mendasar manusia yang menjadi sumber kehidupan dan sumber penghidupan sebagian besar masyarakat. Beras adalah komoditas politis dan strategis. Itu sebabnya, beras harus selalu tersedia sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Beras tidak boleh langka, apalagi menghilang dari kehidupan masyarakat.

Atas cara pandang seperti ini, maka siapa pun yang diberi kehormatan dan tanggungjawab untuk mengelola beras, maka jangan pernah sekalipun bermain-main dengan kebijakan perberasan. Sekali saja kita keliru menelorkan kebijakan, maka yang bakal jadi korban adalah generasi yang akan datang. Pemerintah yang tengah manggung, mestinya memahami benar hal ini.

Angin segar tentang akan dilanjutkannya Program Bantuan Langsung Beras kepada 16 juta rumah tangga penerima manfaat sebagaimana disuarakan Kepala Badan Pangan Nasional, pada dasarnya patut kita dukung dengan sepenuh hati. Dalam suasana hari ini, yang mereka butuhkan bukan lagi sebuah wacana, tapi bagaimana mengisi perut keluarganya dengan nasi.

Beberapa waktu lalu, memang ada pandangan yang menyebut Program Bansos Beras tidak perlu dilanjutkan. Banyak alasan dan pertimbangan yang disampaikan, mengapa Program Bansos Beras perlu distop. Pertanyaan nya, apakah kalah kita tanyakan kepada para penerima manfaat yang 16 juta rumah tangga itu, akan setuju bila Program Bansos Beras ini dihentikan ?

Jawabannya, pasti tidak akan setuju, bila program yang menurut mereka dianggap sebagai dewa penolong kehidupan ini dihentikan. Mereka merasakan betul manfaat adanya Program Bansos Beras ini. Mereka pasti akan protes keras bila program ini tidak dilanjutkan. Pemerintah yang bijak, pasti akan memahami bagaimana suara hati para penerima manfaat ini.

Mari kita kawal bersama, agar program yang penuh kemuliaan ini mampu memberi keberkahan bagi mereka yang menjalaninya. Program Bantuan Langsung Beras, lanjutkan !

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Tetaplah Rendah Hati

EDISI RAMADHAN Wasillah akhir pekan Minggu, 16 Maret 2025 Ramadhan Hari ke 16 bismillahirshmsnirahim Assalamualaikum wrm wbrkt Saudara2ku, keluargaku dan

Read More »

“BEJA MAH BEJA”

“BEJA MAH BEJA” OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA “Béja mah béja”. Kalimat ini sudah sangat akrab dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat.

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *