5 October 2024 22:19
Opini dan Kolom Menulis

“Orowodol”

“OROWODOL”

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Kata “orowodol” (bahasa Sunda) memiliki arti gegabah atau tidak teliti. Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, memilih pemimpin, janganlah sosok yang orowodol. Kita butuh pemimpin yang teruji, profesional dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai etika juga moral. Itu sebabnya, menjadi sangat penting, kita harus sangat hati-hati dalam memilih seorang pemimpin atau pun pasangan hidup yang biasanya diukur oleh “bibit, bebet dan bobot”.

Lalu apa sebenarnya dan makna bibit, bebet, dan bobot? Mengacu pada laman Gramedia, berikut adalah penjelasan singkatnya.

1. Bibit (garis keturunan)

Bibit adalah cara melihat seseorang yang ditinjau melalui garis keturunannya. Dengan cara ini, dapat diketahui siapakah orang yang akan dijadikan calon pemimpin atau pasangan akan menurunkan warisan keluarga. Dengan mempertimbangkan bibit, juga dilihat apakah seseorang yang dimaksud berasal dari keluarga baik-baik atau sebaliknya.

2. Bebet (status sosial ekonomi)

Bebet adalah cara melihat seseorang yang ditinjau melalui siapa saja mereka bergaul, dan bagaimana pergaulan yang diikutinya dalam keseharian. Dengan mempertimbangkan bebet, maka akan diketahui apakah pemimpin atau pasangan tersebut merupakan orang baik-baik atau memiliki reputasi buruk.

3. Bobot (kepribadian serta pendidikan)

Bobot adalah cara melihat seseorang yang ditinjau melalui materi atau segi keduniawian lainnya. Salah satunya dengan melihat apakah calon yang dipilih berasal dari keluarga kaya atau miskin, memiliki pangkat atau tidak, berpendidikan tinggi atau rendah, hingga nilai paras rupawan atau biasa saja. Dalam kaitannya dengan pasangan hidup, bobot lebih diutamakan untuk laki-laki. Alasannya, karena dahulu istri umumnya tidak bekerja dan hanya bertugas mengurus keperluan rumah tangga.

Menjadi pemimpin, bukan hanya ditentukan oleh keinginan seseorang, namun juga harus dilihat dari sisi kepantasan atau tidaknya, dari berbagai sudut pandang. Seiring dengan perkembangan jaman, seorang pemimpin dituntut memiliki banyak kelebihan dari masyarakat yang dipimpinnya, baik dari sisi intelektualitas atau moralitasnya.

Tantangan berat yang kini dihadapi seorang pemimpin di negeri ini, salah satunya adalah mewujudkan apa yang dijanjikan di atas kertas dapat dibuktikan dalam kehidupan nyata di lapangan. Atau seringkali dikatakan : “SATU” dalam tutur kata dan perbuatan. Hal ini penting dicatat, mengingat saat ini, banyak pemimpin yang hebat dalam bertutur-kata, namun tampak kedodoran dalam pelaksanaannya.

Dalam sistem kenegaraan dan pemerintahan yang kita anut, untuk menjadi pemimpin bangsa, bukanlah hal yang cukup mudah untuk diraih. Jadi Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota, Anggota DPD, DPR dan DPRD dalam pelaksanaannya, tidak ada yang gratis. Semua jabatan tersebut tidak ada yang ditunjuk langsung, namun perlu diraih melalui proses pemilihan langsung oleh rakyat.

Pengalanan menunjukkan untuk menjadi Bupati/Walikota di Pulau Jawa, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hitungannya bukan lagi diukur oleh angka ratusan juta rupiah, namun oleh berapa milyar rupiah yang harus disiapkan. Hal ini menyimpulkan, hanya mereka yang berkantong tebal saja, memiliki kesempatan untuk meraih jabatan politis tersebut.

Sedangkan bagi yang berkantong tipis alias kekayaannya hanya pas-pasan, jangan pernah bermimpi bakal mampu merebut posisi jabatan publik tersebut. Dengan demikian, tidak salah bila ada pihak yang menuding untuk jadi pemimpin di negeri ini, sangat membutuhkan modal yang kuat. Orang sengsara sekelas petani gurem misalnya, sangat tidak mungkin bakalan mampu meraihnya.
Pemimpin adalah panutan. Upaya meraih posisi Pemimpin tidak cukup hanya diukur oleh kekayaan berlimpah sehingga dapat membelinya. Apalah artinya pemimpin yang dipilih rakyat karena sering “saweran” di masa kampanye, jika dirinya tergolong ke dalam pemimpin yang orowodol ? Yang kita butuhkan adalah hadirnya pemimpin yang memahami makna kehormatan dan tanggungjawab yang diembannya.

Kehati-hatian dalam memilih pemimpin betul-betul sangat diperlukan. Hal ini identik kalau kita akan memilih pasangan hidup. Kita tentu ingin keturunan yang dilahirkan berasal dari bibit unggul. Bukan hanya sekedar bibit yang mampu melahirkan keturunan. Itu sebabnya, pemahaman yang mendalam terhadap pengertian “bibit, bebet dan bobot”, jangan sampai terlupakan.

Pemimpin memang harus keren dan menyenangkan. Dalam istilah Sunda ada yang disebut “hade gogog hade tagog”. Sosok pemimpin, mesti enak dipandang dan bicaranya pun enak untuk didengar. Pemimpin bukan seorang guru, namun makna nya harus lebih dari orang yang “digugu” dan “ditiru”. Ini alasan pokoknya, mengapa tidak sembarang orang pantas untuk jadi pemimpin bangsa.

Sekarang ini, muncul fenomena baru dalam melakoni kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Dalam proses Pemilihan Umum Prwsiden/Wakil Presiden misalnya, kehadiran dan keberadaan Partai Politik, benar-benar jadi penentu utama untuk melahirkan orang nomor 1 dan nomor 2 di negeri ini. Seorang anak bangsa, tidak mungkin bakal jadi Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan, bila tidak dicalonkan oleh Partai Politik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan Partai Politiklah yang paling bertanggungjawab untuk melahirkan pemimpin yang tidak orowodol. Partai Politik, baik sendiri atau membangun koalisi inilah yang dalam tahap awal akan menentukan siapa Calon Presiden/Wakil Presiden terbaiknya. Setelah ada calonnya, barulah rakyat diminta untuk memilihnya.
Pertanyaannya adalah apakah pilihan Partai Politik berbasis kepada pilihan rakyat ? Atau tidak, dimana rakyat hanya diminta memilih berdasarkan hasil akhir pilihan Partai Politik ? Yang mengenaskan, bila calon yang dipilih Partai Politik ternyata berkualitas sebagai pemimpin yang orowodol. Apakah ujung-ujungnya rakyat harus memilih pemimpin yang orowodol juga ?

 

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Muhasabah Diri

Semangat SubuhSabtu, 5 oktober 2024 BismillahirahmanirahimAssalamu’alaikum wrm wbrkt MUHASABAH DIRI Saudaraku,Kadangkala dalam seharian kehidupan kita tak sadar ada tutur kata

Read More »

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN

SOLUSI DIVERSIFIKASI PANGAN OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA Benar yang dikatakan Proklamator Bangsa Bung Karno ketika meletakan batu pertama pembangunan.Gedung Fakultas

Read More »

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *